“Pelatihan Penerjemahan Tertulis dan Interpretasi Simultan Bahasa Jepang” dalam rangka  Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Prodi Pendidikan Bahasa Jepang 2023

Pada hari Senin, 4 Januari 2023 – 5 Januari 2023 telah dilaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tema “Pelatihan Penerjemahan Tertulis dan Interpretasi Simultan Bahasa Jepang”. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, KKL pada tahun ini diselenggarakan secara luring di Aula Latief Gedung Dewi Sartika UNJ. Acara ini diikuti oleh 64 orang yang bermayoritaskan dari angkatan 2021. Selain itu, terdapat 3 orang dosen pembimbing, dan 1 orang dosen undangan yang hadir, baik pada hari pertama maupun hari kedua. Kegiatan diawali dengan sambutan dari Koordinator Program Studi yaitu, Ibu Dr. Nia Setiawati, M.Pd. dan Ketua Pelaksana KKL yaitu, Sawsan Zakiyya.

 

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

  1. Mahasiswa dapat memiliki gambaran tentang juru bahasa atau penerjemah dalam bahasa Jepang.
  2. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan mahasiswa dalam bahasa Jepang sehingga akan tercipta lulusan muda berpotensial.
  3. Memberikan wawasan melalui praktik guna mengasah kemampuan menerjemah atau interpretasi bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas

Negeri Jakarta.

  1. Melatih mahasiswa dalam bekerja sama, disiplin, dan mengembangkan minat maupun kemampuan setiap individu.

 

Berdasarkan tujuan tersebut, pelaksanaan KKL ini mengundang dua orang ahli dalam bidang penerjemah dan penjurubahasaan. Kami mengundang Ibu Susy Ong, B.A., M.A., D.Sc. sebagai narasumber bidang penerjemahan dan Ibu Inanti Pinantakasih Diran, B.A., Ed.M. sebagai narasumber dalam bidang penjurubahasaan.

 

Kegiatan pada hari pertama KKL ini adalah pemberian materi seputar penerjemahan tertulis oleh Ibu Susy. Dalam penyampaiannya, Ibu Susy menyampaikan bahwa penerjemahan tertulis tidak selalu dilakukan secara harfiah, namun harus berhati-hati dalam memperhatikan konteks, target pembaca, budaya, dan berbagai aspek lainnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri khususnya disaat melakukan penerjemahan dokumen-dokumen resmi yang pada dasarnya sering terdapat terminologi-terminologi asing yang belum tentu dipahami betul oleh seorang penerjemah.

 

Ibu Susy menyampaikan bahwa dalam kegiatan penerjemahan, penerjemah harus memiliki rasa peduli kepada pembaca. Hal ini penting karena jika penerjemah sendiri tidak peduli pada pembacanya, maka informasi yang hendak disampaikan pun maknanya akan sulit ditangkap atau bahkan hilang. Salah satu cara penerjemah mempedulikan pembacanya adalah dengan menggunakan kosakata yang memang sesuai dengan kemampuan target pembaca tersebut, dan juga selalu menyertakan penjelasan ketika ada terminologi yang mungkin terasa asing di telinga masyarakat luas.

 

Setelah pemaparan materi, diadakan juga sesi tanya jawab dan simulasi penerjemahan tertulis bahasa Jepang. Pada sesi simulasi ini, Bu Susy mengajak peserta untuk membaca dan menerjemahkan beberapa kosakata yang mungkin tidak begitu familiar dan menantang peserta untuk menjelaskan makna kosakata tersebut secara ringkas dan tepat. Tidak hanya itu, peserta juga diberikan tugas berkelompok untuk menerjemahkan cerita pendek bahasa Jepang dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari.

 

Acara KKL hari kedua difokuskan pada pemaparan dan simulasi materi interpretasi simultan oleh Ibu Inanti Pinantakasih Diran, B.A., Ed.M. Pada pemaparannya, Ibu Inanti menyampaikan bahwa seorang juru bahasa bukanlah seseorang yang tugasnya menerjemahkan kata tiap kata dalam sebuah informasi, melainkan hanya memastikan inti dari informasi yang ingin disampaikan berhasil sampai ke pendengar. Hal ini berarti seorang juru bahasa dituntut untuk dapat memahami inti dari sebuah informasi yang didapatkan dan menyampaikannya dengan bahasa lain dalam waktu yang sangat singkat.

 

Selain itu, Ibu Inanti menyampaikan bahwa ada 2 jenis penjurubahasaan, yaitu secara simultan dan konsekutif. Pada interpretasi konsekutif, juru bahasa mendengar terlebih dahulu informasi yang disampaikan oleh pembicara hingga selesai, kemudian menginterpretasikannya ke dalam bahasa tujuan. Metode interpretasi ini biasa dilakukan dalam sebuah percakapan. Sedangkan untuk interpretasi simultan sering digunakan dalam situasi seperti pernyataan pers, pengadilan, dan sebagainya. Interpretasi simultan inilah yang dipilih oleh Bu Inanti untuk dijadikan simulasi dalam KKL kali ini.

 

Interpretasi simultan, berbeda dengan interpretasi konsekutif, merupakan jenis interpretasi dimana juru bahasa menginterpretasikan informasi secara real time. Tekniknya adalah disaat pembicara berbicara, juru bahasa akan menunggu hingga pembicara selesai menyampaikan 4-5 kata, kemudian langsung mulai mengalihbahasakan bersamaan dengan pembicara yang masih melanjutkan penyampaiannya. Jenis interpretasi ini memerlukan kemampuan yang tinggi dalam memproses informasi dan menyampaikan informasi dalam bahasa tujuan secara cepat dan efisien, namun tetap akurat. Pada pelaksanaan simulasinya, peserta ditantang untuk dapat menyampaikan informasi yang baru didengar secara simultan dengan menggunakan alat yang disiapkan khusus oleh Ibu Inanti.

 

Acara ini berlangsung sangat kondusif selama dua hari yaitu hari ke-1 dari pukul 09.00–13.40 WIB dan hari ke-2 dari pukul 08.40–15.30 WIB. Dengan diadakannya kegiatan KKL ini, semoga para peserta termotivasi untuk lebih giat mempelajari bahasa Jepang, dan bisa melakukan penerjemahan secara lisan maupun tulisan. Selain itu, semoga kegiatan ini dapat menginspirasi para mahasiswa untuk menjadi penerjemah yang profesional dan mengharumkan nama bangsa. (IR)