HARUMKAN NAMA KAMPUS MELALUI LOMBA DEBAT DI TENGAH PANDEMI

Meski situasi pandemi yang tak berkesudahan membuat ranah pendidikan, khususnya perguruan tinggi, mengalami kelesuan, tetapi kondisi ini bukan penghalang bagi mahasiswa sebagai agent of change untuk mengukir prestasi. Seperti Putri Ayu Falis, mahasiswa Prodi Sastra Indonesia yang belum lama ini berhasil mengharumkan nama Universitas Negeri Jakarta melalui Lomba Debat Nasional Pendidikan BEM FIP UNNES 2021. Kendati lomba harus digelar secara daring, tetapi ruang gerak yang terbatas ini tak menyurutkan semangat mahasiswa yang akrab dipanggil Putri ini untuk menyabet gelar juara.

            Final Lomba Debat Nasional Pendidikan telah dilaksanakan pada Minggu, 01 Agustus 2021 melalui Zoom. Putri bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam satu tim sebagai perwakilan UNJ pun berhasil membawa pulang gelar juara 3. Sementara itu, juara 1 diperoleh oleh Tim Universitas Brawijaya dan piala juara 2 dibawa pulang Tim Universitas Sebelas Maret 1. Putri dan timnya menyatakan bahwa kerja sama dan persiapan yang matang menjadi faktor pendorong yang memampukan mereka meraih prestasi membanggakan ini.

            “Jadi, persiapan saya untuk lomba UNNES ini adalah niat dan anggota yang mau bekerja sama. Karena di debat ini, mosi bersifat preparasi, sehingga mosi bisa dibedah lebih awal sebelum pada akhirnya bertanding. Jadi saat membedah mosi, saya dan tim melakukan banyak diskusi dan riset pada artikel-artikel untuk mengetahui validitas dan keadaan yang sebenarnya,” ungkap Putri Ayu Falis saat diwawancarai.

            Diskusi yang mendalam dan riset menyeluruh menjadi bekal bagi Putri beserta tim saat mengikuti Lomba Debat Nasional ini. Putri pun merasa sangat tertantang karena juri perlombaan debat ini merupakan dosen, sehingga Putri dan timnya harus mengaplikasikan kerangka pemikiran yang teoretis. Diakui oleh Putri bahwa perlombaan debat ini memberikan kesan yang cukup berbeda baginya dan tim. Hal ini karena pada lomba-lomba serupa, Putri cenderung menggunakan logika berpikir.

            “Lomba ini lomba yang mengacu pada data oriented, sehingga typing point yang diambil harus bersumber dari data-data valid. Karena jurinya juga seorang dosen, kami yang biasanya debat dengan dominan menggunakan logika berpikir, harus beralih menjadi teoretis. Ini menarik dan seru banget, sih,” ucap Putri menyampaikan kesan-kesannya.

            Kendati harus beradaptasi dengan kerangka berpikir yang berbeda, tetapi Putri dan tim mampu menyelesaikan seluruh rangkaian perlombaan dengan baik. Menurut Putri, hal ini berkat kekompakan tim dan niat dari masing-masing anggota. Putri juga merasa bersyukur karena dapat menginspirasi mahasiswa-mahasiswa UNJ lainnya agar berani melangkah untuk mengikuti perlombaan debat. Hal ini karena menurut Putri, mengikuti lomba debat dapat mengasah kemampuan public speaking yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Putri juga berharap para mahasiswa tidak takut untuk mencoba meraih prestasi meski tengah dalam masa pandemi yang serba sulit.

            “Saya harap ada adik-adik dari Prodi Sastra Indonesia yang juga tertarik untuk terjun di dunia debat. Karena selain mengasah public speaking, debat membuat individu jadi berpikir kritis dan mengikuti isi aktual. Semoga di pandemi ini juga, banyak yang bisa tetap berprestasi,” tutur Putri di akhir wawancara yang disertai dengan harapannya bagi mahasiswa Prodi Sastra Indonesia di angkatan bawahnya. (Gheani Kirani)