KULIAH UMUM BERSAMA PROF. DR. MULTAMIA R.M.T. LAUDER, S.S., MSE., D.E.A.

[easingslider id=”1554″]

Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing mungkin jargon  yang sering kita dengar dalam kehidupan berbahasa kita. Pada Jumat, 13 September 2019, jargon tersebut menjadi tema dalam acara kuliah umum yang dilaksanakan Prodi Sastra Indonesia untuk mengawali semester 111. Kuliah umum yang dilaksanakan di Aula Gedung Ki Hajar Dewantara lantai 8 dilaksanakan pada pukul 09.30 WIB sampai siang. Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dari angkatan 2016-2019. Koorprodi beserta para dosen Sastra Indonesia pun turut hadir sejak awal acara. Tampak hadir pula Ibu Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, yang juga memberikan sambutannya di awal acara.

 Pemateri pada kuliah umum semester 111 adalah Prof. Dr. Multamia R.M.T. Lauder, S.S., Mse., D.E.A. yang merupakan Guru Besar dari FIB Universitas Indonesia. Pemateri yang didampingi moderator Bapak Erfi Firmansyah, M.A. tersebut memberikan kuliahnya mengenai tantangan bahasa Indonesia di era industri 4.0. Istri dari Allan  F. Lauder ini menjelaskan pentingnya mempelajari dan memperdalam pengetahuan mengenai bahasa Indonesia karena di era industri 4.0 ini bahasa Indonesia akan berkembang sangat dinamis. Seluruh akademisi  dari Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki tanggung jawab penuh untuk menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia sesuai zamannya. Kita juga bertanggung jawab atas pelestarian bahasa-bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, karena bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan satu kesatuan identitas diri dalam berbangsa dan bernegara. Di akhir materi kuliahnya yang komprehensif, beliau menyampaikan motivasi bahwa sebagai mahasiswa Sastra Indonesia, kita tidak boleh merasa rendah diri dengan mengganggap prodi bahasa (linguistik dan sastra) tidak sehebat atau sekeren prodi di bidang sains atau teknik. Hal ini dikarenakan di era industri 4.0, bidang sastra dan bahasa tidak akan pernah bisa tergantikan oleh robot (mesin). “Beberapa bidang profesi sudah banyak yang tergantikan oleh robat sekarang ini, namun untuk bidang bahasa dan sastra tidak akan pernah tergantikan,” ungkapnya. (sw)