Perguruan Tinggi berkewajiban melaksanakan Tridarma, mencakupi bidang Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, serta Pengabdian kepada Masyarakat. Hal ini tercantum pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012. Pada UU tersebut, ayat 11 disebutkan bahwa Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (FBS UNJ) telah merajut kerja sama kemitraan dengan Museum Nasional. Sebagai bagian dari FBS UNJ, Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin (PSPBM) di 2 tahun sebelumnya telah melaksanakan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) bekerja sama dengan Museum Nasional. Tahun ini PSPBM UNJ berencana melaksanakan P2M bekerja sama dengan Museum Seni. Pengelola Museum Seni menaungi pengelolaan 3 museum lain, yaitu: Museum Wayang, Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik.

Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik dibangun pada tahun 1870 berfungsi sebagai gedung Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van Justitie. Pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini menjadi asrama militer. Selanjutnya  pada tahun 1967 digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta. Pada tahun 1968 hingga 1975 gedung ini pernah digunakan sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus 1976 diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.

Museum ini memiliki 500-an karya seni rupa yang terbuat dari berbagai bahan dan teknik yang berbeda seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa, dan batik lukis. Di antara koleksi-koleksi tersebut ada beberapa koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah seni rupa di Indonesia. Antara lain lukisan yang berjudul ‘Pengantin Revolusi’ karya Hendra Gunawan, ‘Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh, ‘Ibu Menyusui’ karya Dullah, ‘Seiko’ karya S.Sudjojono, dan ‘Potret Diri’ karya Affandi. Koleksi Keramik di museum ini jumlahnya cukup banyak, terdiri dari keramik lokal dan keramik asing. Keramik lokal berasal dari sentra industri daerah antara lain Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Malang, Bali, Lombok dan lain-lain.

Museum Seni Rupa dan Keramik dilengkapi beberapa fasilitas, yaitu sebuah perpustakaan yang memiliki buku-buku seni rupa dan keramik yang dapat dijadikan panduan tentang seni rupa. Selain itu terdapat pula tempat pelatihan, membuat gerabah (dibuka untuk pelajar dan umum), mulai dari teknik pinching (pijit), cetak dan roda putar. Disediakan pula oven untuk pembakaran gerabah. Jika pengunjung Museum Seni Rupa dan Keramik tertarik memiliki souvenir yang spesifik, tersedia pula toko sovenir untuk pengunjung. Sovenir yang tersedia seperti kartu pos, buku seni rupa, kerajinan, sketsa, lukisan, keramik lucu, dll. Museum Seni dan Keramik juga memiliki ruang pertemuan/aula, ruang terbuka/plaza serta taman yang dapat dimanfaatkan untuk acara-acara pameran temporer, pernikahan, seminar, lomba, dan lain-lain.

Beberapa di antara koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik, terdapat karya seni yang berasal dari negeri Cina, seperti patung, lukisan, keramik, buku. Sebagaimana diketahui, negeri Cina memiliki karya seni yang sangat kaya dan banyak. Keterangan atau   informasi terkait koleksi karya tersebut beberapa masih dalam bahasa Mandarin. Berdasarkan pemaparan di atas, kegiatan P2M PSPBM bekerja sama dengan pengelola Museum Seni Rupa dan Keramik tahun ini berupa kegiatan penerjemahan koleksi  buku-buku referensi seni rupa dan keramik yang dapat dijadikan panduan tentang seni rupa. Koleksi buku referensi yang dimiliki Museum Seni Rupa dan Keramik berasal dari berbagai tempat dan negara, salah satunya adalah koleksi berbahasa Mandarin. Koleksi tersebut belum dialihbahasakan ke bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Pada pelaksanaan kegiatan P2M tahun 2022 ini, buku yang dialihbahasakan berjudul “你应该知道的200件古代陶瓷”. Diharapkan dengan kegiatan penerjemahan koleksi tersebut, seniman, peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dapat lebih memahami informasi yang terdapat di koleksi tersebut sehingga kebermanfaatannya dapat lebih dirasakan. (ARW)