Belajar Jurnalisme Televisi Bersama Zera Zetira, Reporter Trans TV

1

Menjadi reporter televisi bukan hanya sekadar mencari berita, wawancara, dan menulis artikel, tapi kita juga harus bisa menjadi editor bagi berita kita”, begitulah yang diungkapkan Zera Zetira  Panjaitan saat menjadi dosen tamu dalam kelas teori dan aplikasi jurnalistik,  Jumat, (3/11). Sebagai seseorang yang ahli dalam bidang jurnalisme televisi, Zera atau yang akrab disapa Kak Zera oleh mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, menyampaikan pengalamannnya selama menjadi jurnalis televisi.

Baginya menjadi reporter tidaklah mudah tapi tidak juga sulit untuk dilakukan. “Reporter dan kamerawan tidak boleh terpisahkan, harus menjadi jodoh di lapangan apapun yang terjadi”, tutur Zera. Suara dan gambar pada berita di televisi haruslah sejalan.  Hal tersebut dipicu karena televisi adalah media yang menayangkan berita audiovisual. Kerjasama antar-reporter dan kamerawan harus terjalin dengan baik untuk menghasilkan video dan berita yang berkualitas. Apa yang dilihat reporter harus dilihat juga oleh kamerawan. Walaupun terkadang ada juga reporter yang merangkap menjadi kamerawan.

Ia tidak hanya menceritakan bagaimana kerjasama antar-reporter dan kamerawan dalam meliput berita, proses pengolahan berita hingga disiarkan pun ia jelaskan. Setelah selesai liputan, selanjutnya berita ditulis dan disunting sendiri. Kemampuan berbahasa sangat dibutuhkan dalam proses ini. Bahasa dalam berita tidak boleh menimbulkan penafsiran yang berbeda dan harus minim kesalahan kaidahnya. Selanjutnya naskah berita digabungkan dengan video hasil liputan. Reporter harus teliti dalam tahap ini demi terciptanya keselarasan naskah dan video.

Setelah penjelasan panjang mengenai kehidupan jurnalistik pertelevisian, antusiasme mahasiswa terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan pada sang dosen tamu. Dengan pembawaan yang asik, semua pertanyaan dijawab sehingga membuat puas para penanya.

Tujuan diadatangkannya dosen tamu adalah untuk memberikan pengetahuan yang lebih nyata mengenai jurnalisme pertelevisian oleh orang berkecimpung langsung di bidang tersebut. Kelas ditutup dengan beberapa contoh video saat liputan. Setelah kelas usai, terlihat semangat di wajah mahasiswa untuk menjadi seorang jurnalis.