[easingslider id=”8660″]
Pembelajaran BIPA semakin membahana melalui jalinan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing. Animo peminat Bahasa Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi inspirasi tema kegiatan Virtual Public Lecture II (Kuliah Umum Virtual), “Prinsip Dasar Penyusunan Materi Ajar BIPA”, yang diangkat dalam kegiatan tahunan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan ini, tepatnya pada 4 Mei 2021, dan sekaligus menjadikannya sebagai rangkaian agenda Dies Natalis ke-57 UNJ.
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNJ didapuk untuk menjadi host secara tatap maya melalui zoom meet dan live streaming Youtube. Sesi kuliah umum dihadiri oleh Rektor UNJ, Prof. Dr. Komarudin Said, M.Si. beserta jajaran pimpinan; Sekretaris Jenderal Kemdikbuddikti, Prof. Ainun Na’im; Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri yang diwakili oleh Bendahara, Prof. Dr. A.H. Rofi’uddin; Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI, Washingron DC, Popy Rufaidah, S.E., MBA, Ph.D.; Ketua Ilmuwan Indonesia Internasional; serta Dekan FBS UNJ yang sekaligus Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA (APPBIPA), Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd. beserta para Ketua Cabang dan Dewan Penasihat APPBIPA. Jumlah peserta meliputi 445 orang yang berasal dari 102 perguruan tinggi, 12 sekolah, dan 8 perwakilan dari luar negeri diantaranya Consortium for the Teaching of Indonesian (COTI), University of Wisconsin-Madison, perwakilan dari Jerman dan Thailand.
Kegiatan kuliah umum menghadirkan beberapa narasumber. Selain Prof. Dr. Ainun Na’im, dan Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd., hadir pula untuk berbagi ilmu dan pengalaman, Erlin Barnard, Ph.D, Pedagogy Coordinator, Asian Languages and Cultures, University of Wisconsin-Madison. Acara digawangi oleh Ati Sumiati, M.Hum. selaku pewara dan diskusi materi dipandu oleh Dr. Frida Philiyanti selaku moderator.
Sebelum acara dimulai, para hadirin dihibur dengan harmonisasi alunan nada dan lagu yang dipersembahkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Musik FBS UNJ serta kolaborasi seni yang apik berupa duet antara mahasiswa Pendidikan Musik FBS UNJ (Angga Sopyan) dan mahasiswa Yale University (Henderson dan Oscar). “Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia dan memperluas jaringan internasional khususnya dalam bidang penggunaan Bahasa Indonesia. Semoga kegiatan berjalan dengan baik, menghasilkan luaran dalam bentuk materi ajar BIPA, dan dapat sekaligus meningkatkan kerja sama luar negeri.” tutur Pak Rektor dalam laporannya. Popy Rufaidah mengapresiasi, “Selamat atas kesinambungan kolaborasi yang telah terjalin antara para pegiat BIPA di Indonesia dan Amerika pada khususnya. Melalui virtual public lecture, menjadi salah satu ujung tombak diplomasi bahasa antara Amerika Serikat dan Indonesia. Semoga kegiatan ini bisa menghasilkan pemikiran-pemikiran yang lebih menarik dan menantang dalam meningkatkan jumlah penutur Bahasa Indonesia bagi orang asing.” Meningkatnya peminat Bahasa Indonesia di luar negeri tercermin dari 14 universitas world class di Amerika Serikat yang tergabung dalam COTI. “Salah satu alasan Bahasa Indonesia diminati karena materinya yang menarik. Diharapkan kegiatan ini juga menghasilkan materi ajar BIPA yang menjadi rujukan. Dan tentunya ini merupakan prestise tersendiri bagi universitas penyelenggara kegiatan kuliah umum semacam ini,” Popy mengakhiri sambutannya.
Acara kuliah umum secara resmi dibuka oleh Prof. Dr. A.H. Rofi’uddin yang mengkritisi bahwa kita sangat membutuhkan media dan sistem untuk membangun BIPA. Rofi’uddin menambahkan, “Kita belum memiliki instrumen yang bisa menautkan pengajaran BIPA di negara-negara lain. Penyusunan standar BIPA dapat diangkat sebagai topik diskusi pada pertemuan selanjutnya mengingat semakin meningkatnya peminat BIPA di kalangan pemelajar yang tersebar di seluruh penjuru dunia.”
Penyajian materi pertama disampaikan oleh Erlin Barnard, Ph.D. yang memaparkan diantaranya tentang tiga faktor utama dalam pembuatan bahan ajar, urutan langkah dalam pembuatan bahan ajar, cara/proses pembuatan bahan ajar, serta indikator performa dari pemelajar BIPA. Erlin Barnard mempresentasikan materinya secara interaktif dengan melibatkan peserta untuk berinteraksi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui tautan sehingga peserta semakin semangat untuk menyimak. Narasumber selanjutnya ialah Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd. yang merumuskan hal-hal yang harus dipahami sebelum menyusun bahan ajar BIPA, yaitu identifikasi kebutuhan, eksplorasi kebutuhan, realisasi konteks materi, realisasi pedagogis, hingga sampai pada tahap akhir, yaitu produksi, penggunaan, dan evaluasi. “Dua pendekatan yaitu komunikatif dan integratif dapat digunakan dalam pengembangan materi ajar,” ungkap Liliana.
Frida Philiyanti selanjutnya memimpin sesi diskusi yang dibanjiri dengan pertanyaan-pertanyaan menarik dari para peserta. Tidak hanya karena materi presentasi yang mengesankan, namun para peserta juga antusias mengajukan pertanyaan karena panitia menyediakan hadiah lawang berupa 4 buah pustaka, yang salah satunya merupakan karya publikasi Liliana Muliastuti. Hadiah lawang tersebut akan diberikan kepada 4 peserta dengan pertanyaan menarik pada penghujung sesi.
Narasumber menjawab sejumlah pertanyaan peserta dengan gamblang. “Teks otentik seperti iklan atau bon makanan adalah teks dengan format/genre yang sudah dikenal oleh pemelajar BIPA sehingga teks tersebut sangat relevan untuk digunakan oleh native slow,” jawab Erlin atas pertanyaan dari Elfa Riski Maharani, Universitas Negeri Malang. Sementara itu, menanggapi pertanyaan dari Maria, Mountainview Christian School Salatiga, Liliana juga bertutur, “Dekatkan materi dengan budaya pemelajar namun tetap berorientasi pada tema, gunakan saling silang konteks budaya masing-masing, lalu tariklah ke budaya Indonesia,” Dua hal yang disampaikan oleh Erlin dan Liliana tersebut merupakan strategi bagaimana mengajarkan BIPA kepada pemula. Hal lain juga dikulik oleh Primadona Safitri dari Universitas Negeri Semarang dan Ageng Satrio Parabowo dari Justlearn. Primadona menanyakan bagaimana pembelajaran BIPA bisa meningkatkan soft skill. “Pembelajaran BIPA harus tetapkan tujuan tertentu, misalnya untuk berkomunikasi dalam budaya bisnis, maka pembelajaran akan mengulas bagaimana cara memperkenalkan diri, presentasi, memimpin rapat, dalam situasi bisnis yang bisa disimulasikan di kelas,” jelas Liliana. Ageng Satrio mengemukakan kendala merancang silabus BIPA untuk kelas privat dengan latar belakang pemelajar yang beragam. Liliana menjelaskan, “Selain silabus umum, pengajar BIPA juga harus merancang silabus proses berdasarkan perjanjian atau diskusi dengan pemelajar agar tema sesuai dengan minat,” Keempat pertanyaan di atas ditetapkan sebagai pertanyaan menarik karenanya para penanya memenangkan hadiah lawang dari panitia. Sesi tanya jawab diakhiri dengan simpulan oleh moderator dan acara kuliah umum ditutup oleh pewara. Semoga kegiatan semacam ini dapat semakin mengukuhkan peran nyata Indonesia dalam kerja sama internasional melalui eksistensi Bahasa Indonesia di kancah dunia. (ren)