[easingslider id=”7588″]
Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, memaksa masyarakat mengubah cara hidup pada berbagai aspek, salah satunya adalah pada aspek penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan yang biasanya dilakukan dengan tatap muka dan interaksi langsung dipindahkan ke dalam medium virtual dengan memanfaatkan teknologi informasi. Untuk menyambut dan mendukung penyelenggaraan pendidikan pada era tatanan normal baru itulah, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakan rangkaian seminar daring (sering) untuk pembelajaran bahasa serta seni sebagai pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi.
Seminar Daring (Sering) FBS UNJ yang pertama diselenggarakan pada Rabu, 8 Juli 2020, pukul 13.30—15.30 WIB melalui Zoom Meeting. Sering 1 FBS UNJ bertema Falsafah dan Konsep Pembelajaran Jarak Jauh Menuju Era New Normal Baru. Diskusi ini menghadirkan Prof. Dr. Paulina Pannen, Staf Ahli Dikti Bidang Riset dan Inovasi sebagai narasumber serta Eva Leiliyanti, Ph.D. sebagai moderator Eva Leiliyanti, Ph.D. Sebelum diskusi dimulai, acara dibuka dengan sambutan dari Dekan FBS, Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Paulina Pannen menguraikan hakikat pendidikan jarak jauh berdasarkan Permendikbud Nomor 7 Tahun 2020, yakni proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Evolusi pendidikan jarak jauh (PJJ) berawal dari tahun 1998—2002 dengan adanya istilah e-learning dan blended. Pada tahun 2005—2010 pendidikan digital dinamakan talent management dan continous learning ditandai dengan adanya Learning Management System (LMS) sebagai talent & experience platform. Kemudian beralih menjadi digital dan intelligent learning mulai dari tahun 2017—2020.
Hakikat dan perkembangan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut menghasilkan tujuan PJJ yaitu untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan tinggi yang bermutu, pemerataan pendidikan, serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, Prof. Dr. Paulina Pannen menambahkan bahwa penyelanggaraan PJJ memiliki kekhasan, yaitu (1) strategi belajar yang diutamakan adalah otonomi yang berpusat pada siswa dengan menggabungkan sumber daya yang terdiri dari para ahli atau dosen yang bersangkutan, (2) keberadaan dan pemanfaatan laboratorium atau bengkel kerja, (3) ketersediaan sumber belajar, (4) bentuk-bentuk luaran belajar, (5) ragam pengalaman belajar, (6) penilaian elektronik, (7) sistem dan internet, serta (8) ebooks, jurnal, fasilitas, dan mahasiswa lain. Setelah narasumber memaparkan materi, dibuka sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Acara seminar daring berjalan lancar dan antusias ditutup dengan sesi foto bersama. (et)