Pada 15–21 Juni 2019, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin (PSPBM) Universitas Negeri Jakarta, Ivana Tiar T. L. T., MTCSoL, berkesempatan menjadi pendamping sekaligus penerjemah kegiatan China Study Tour selama seminggu di Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Satu hari sebelum keberangkatan, diadakan acara pelepasan sekaligus pembekalan di Ibis Styles Hotel, Cengkareng, untuk para delegasi yang dihadiri oleh Bapak Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kemenristekdikti Republik Indonesia, Bapak Didin Wahidin, Direktur Kemahasiswaan, beserta jajaran terkait, dan juga Bapak Santo Darmosumarto, selaku Direktur Asia Timur dan Pasifik, Direktorat Asia Timur dan Pasifik, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Pelepasan dan pembekalan ini sebagai bentuk persiapan dengan menyampaikan informasi kepada para delegasi yang akan berangkat terkait tujuan kegiatan dan juga gambaran umum hubungan Indonesia and RRT.
China Study Tour dapat terlaksana atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa), Kemenristekdikti Republik Indonesia dengan Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok (Kedubes RRT) untuk Indonesia. Kegiatan ini bertujuan membuka wawasan mahasiswa Indonesia agar dapat melihat, mengenal, serta memahami berbagai macam hal lainnya yang berkaitan dengan Tiongkok melalui pengalaman pribadi, termasuk memahami sejarah dan budaya masyarakat Tiongkok. Sehingga, kelak diharapkan dapat mempererat kerja sama Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin selama 70 tahun.
Empat puluh lima peserta yang ikut dalam kegiatan ini adalah mahasiswa Bidikmisi perwakilan universitas dan mahasiswa perwakilan organisasi. Mahasiswa yang menjadi anggota delegasi berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, Tarakan, Banjarmasin, Denpasar, Mataram, Palangka Raya, Makassar, Kendari, Kupang, hingga Merauke. Meski berasal dari daerah yang berbeda-beda serta latar belakang jurusan yang juga tidak sama, mahasiswa yang ikut dalam kegiatan ini memiliki satu visi dan misi yang sama, yaitu belajar sebanyak-banyaknya dari Tiongkok dan kembali ke Tanah Air dengan pandangan, ilmu pengetahuan, dan semangat untuk membangun bangsa tercinta, Indonesia.
Kegiatan study tour dilaksanakan selama empat hari di wilayah Beijing dan tiga hari di wilayah Shijiazhuang, Provinsi Hebei. Dari awal hingga delegasi kembali lagi ke Tanah Air, kegiatan ini didampingi langsung oleh pihak Kemenristekdikti dan juga perwakilan Kedubes RRT. Beberapa jajaran Kemenristekdikti yang turut menjadi bagian dari perjalanan kali ini adalah Bapak Duta Besar Abdul Wahid Maktub (Staff khusus Menristekdikti), Bapak Didin Wahidin (Direktur Kemahasiswaan), Ibu Tiomega Gultom (Kepala Subdirektorat Penyelarasan Kebutuhan Kerja), dan Bapak Ismet Yusputra (Kasubdit Kesejahteraan dan Kewirausahaan), dan perwakilan Kedubes RRT, Ms. Li Chen. Selain itu, selama perjalanan di Tiongkok, peserta juga didampingi oleh Ms. Ma Ningning (CRI), Mrs. Li, dan Mrs. Lin (China Performing Arts Agency).
Selama berada di Beijing, beberapa tempat penting yang dikunjungi adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok, Tian’anmen, Forbidden City, Juyongguan Great Wall, Beijing University, China National Library, Beijing Zoo, Niujie Mosque & Street, Wangfujing Street, Perfect World Company, dan International Horticultural Exhibition 2019. Berikutnya perjalanan dilanjutkan dengan bus selama kurang lebih tiga jam menuju Shijiazhuang. Selama di Shijiazhuang, delegasi mengunjungi Hebei Normal University dan Hebei Museum. Saat mengunjungi Hebei Normal University, delegasi selain berkesempatan bertemu dan berdialog dengan jajaran perwakilan rektorat dan dosen Hebei Normal University untuk saling memperkenalkan diri dan membicarakan kemungkinan kerja sama di kemudian hari, juga berkesempatan untuk menyaksikan kelas wushu yang sedang berlangsung dan setelah itu dapat mencoba mempraktikkan gerakan-gerakan dasar yang dibimbing oleh para dosen dan mahasiswa Jurusan Olahraga.
Perjalan dengan jadwal yang sangat padat sungguh melelahkan, akan tetapi semua terbayar dengan pengetahuan yang tak kalah luar biasa beraneka ragam. Semua kecanggihan teknologi yang ada di RRT, penataan kota yang sangat rapi, kereta cepat yang membuat perjalanan jauh terasa singkat, zebra cross yang berfungsi dengan sebagaimana mestinya, trotoar luas yang memanjakan para pejalan kaki, lingkungan kampus yang serba lengkap, dan banyak lagi hal lainnya, tak jarang membuat peserta berdecak kagum.
Dengan kemampuan bahasa Mandarin yang dimiliki, selama perjalan dan dalam berbagai kesempatan, Ibu Ivana menjadi penyambung lidah antara perwakilan Kedubes RRT dengan pihak Kemenristekdikti, khususnya saat mendiskusikan agenda dan persiapan kegiatan selama study tour berlangsung. Selain itu, Ibu Ivana juga dipercaya untuk memastikan bahwa isi pesan, baik dalam pidato atau diskusi, yang diterjemahkan oleh Ms. Ma Ningning atau Ms. Li Chen, sudah sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pihak Indonesia dan juga Tiongkok. Misalnya seperti saat perkenalan dan diskusi dengan jajaran wakil rektor dan dosen di Hebei Normal University. Perkenalan dan diskusi selama kunjungan ke Hebei Normal University berlangsung dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Saat perkenalan kedua belah pihak, Ms. Ma Ningning menjadi penerjemah Mandarin-Indonesia dan sebaliknya. Sedangkan saat diskusi kerjasama, Ms. Li Chen menjadi penerjemah Mandarin-Indonesia dan sebaliknya. Pada kesempatan tersebut, pihak Kemenristekdikti beberapa kali memastikan kesesuaian terjemahan Ms. Ma Ningning dan Ms. Li Chen kepada Ibu Ivana. Tak jarang Ibu Ivana juga mencoba membantu menjelaskan ulang apa yang disampaikan oleh Ms. Ma Ningning atau Ms. Li Chen kepada pihak Kemenristekdikti atau kepada delegasi mahasiswa. Semua ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahpahaman antar kedua belah pihak.
Selama menjadi pendamping dan penerjemah, dari pengalaman Ibu Ivana selama perjalanan study tour di RRT, ada beberapa hal yang dirasa baik untuk menjadi bahan refleksi bagi para mahasiswa Indonesia, baik para peserta delegasi study tour, mahasiswa Indonesia di mana pun berada, atau siapa pun yang peduli dengan kemajuan bangsa kita tercinta. Berikut catatan perjalanan dan masukan dari beliau:
- Disiplin
Selama perjalanan di Tiongkok, Ibu Ivana melihat bagaimana kurangnya kedisiplinan para peserta delegasi. Tidak semua memang, tapi hampir sebagian besar masih memiliki tingkat kedisiplinan yang rendah. Salah satu contohnya, pada hari pertama tiba di Beijing, sungguh bukan lah hal yang menyenangkan ketika membuat pihak lain menunggu selama 40 menit, lebih lambat dari jadwal awal yang sudah ditetapkan untuk makan malam. Saya menyarankan para mahasiswa untuk menumbuhkan rasa kesadaran atas pentingnya waktu dan belajar mengatur waktu dengan lebih baik agar tingkat kedisiplinan juga bisa meningkat. Dengan demikian, banyak hal yang dapat terlaksana sesuai dengan jadwal dan yang lebih penting lagi adalah tidak merugikan orang lain karena harus menunggu. Dengan disiplin, kita juga sekaligus menghargai waktu orang lain.
- Aktif membaca
Permasalahan pada dunia pendidikan Indonesia sekarang salah satunya adalah mahasiswa yang kurang aktif, khususnya dalam membaca. Mahasiswa lebih banyak mengandalkan segala sesuatu yang sifatnya praktis, sehingga saat membaca, informasi pun tidak diolah dan diserap dengan baik. Informasi yang sudah jelas pernah disampaikan atau tertera, seringkali tidak dibaca dengan baik, diabaikan, atau dilupakan begitu saja.
Bertanya boleh-boleh saja, sah-sah saja. Akan tetapi, ada baiknya sebagai mahasiswa, dengan rasa keingintahuan yang besar, baca lah sesuatu dengan cermat, nikmati tiap proses dari membaca– pahami kata per kata, serap baik-baik informasi yang disampaikan dalam bentuk kalimat– agar tidak menanyakan hal yang sama berkali-kali dan dapat melakukan sesuatu dengan efektif.
- Responsif
Mahasiswa, bukan anak bebek atau anak domba yang perlu digiring secara terus-menerus. Akan tetapi, selama perjalanan peserta terlalu santai dan kurang responsif. Tiap kali harus berkumpul, pasti ada saja yang lebih memilih untuk tetap berfoto, bahkan kadang saat hampir sebagian besar peserta dan pendamping sudah berkumpul. Ada yang tetap berjalan santai, meski peserta dan pendamping sudah bergerak dan melaju dengan cepat, sehingga beberapa kali ada peserta yang tertinggal atau terpisah dari rombongan. Saat peserta dipanggil dan diminta untuk berkumpul, tak jarang acuh dan terkesan tidak peduli dengan panggilan yang diucapkan para pendamping, sibuk dengan gawai atau kegiatannya sendiri.
Apakah iya, mahasiswa Indonesia perlu diteriaki baru bisa bergerak dengan cepat? Bukan kah seharusnya cara seperti itu sudah tidak diperlukan lagi di zaman serba modern ini? Tidak kah seharusnya mahasiswa Indonesia memiliki kesadaran atas keberadaan orang lain serta responsif terhadap berbagai macam situasi?
- Bertanggung jawab
Saat kunjungan ke berbagai tempat, sebagian besar mahasiswa sibuk berfoto sana dan sini, tidak memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh pendamping atau guide. Hasilnya puluhan hingga ratusan foto, yang mungkin jika ditanyakan apa yang difoto, mahasiswa tersebut tidak tahu dan tidak mengerti apa yang menjadi latar belakang foto dirinya atau objek apa yang ditangkap melalui telepon seluler atau kamera canggih miliknya.
Bertanggung jawab adalah salah satu aspek penting jika kita ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dapat bertanggung jawab atas diri sendiri dan lingkungan menjadi modal dasar untuk kita bisa berkontribusi lebih bagi sekitar, bahkan bagi negara. Mulai lah membiasakan diri bertanggung jawab atas hal-hal kecil agar bertanggung jawab atas hal-hal besar juga dapat dilakukan dengan baik.
- Berpikiran terbuka
Menjadi mahasiswa dan generasi muda penerus bangsa, sebaiknya kita memiliki pikiran yang terbuka. Mudah percaya dan menelan bulat-bulat sebuah informasi bukan pilihan bijak. “Kata orang tua saya…”, “Kata guru saya…”, “Kata senior saya…”, dan banyak “katanya…” yang lain, yang perlu diantisipasi.
Pertanyakan segala sesuatu dan selalu berusaha untuk melihat dan menilai sesuatu dari berbagai macam sudut pandang. Seperti pribahasa dalam bahasa Mandarin:百闻不如一见 bǎi wén bùrú yí jiàn, yang artinya adalah “lebih baik melihat dengan mata kepala sendiri daripada hanya mendengarkan informasi berkali-kali dari orang lain”. Aktif membaca ditambah dengan pikiran yang terbuka membuat wawasan kita bertambah, sehingga kita tidak hidup dalam tempurung yang membuat linglung.
Selain itu, di era globalisasi seperti sekarang ini, kita perlu banyak menambah bacaan tentang berbagai macam hal, baik berita dalam dan luar negeri. Dengan dunia digital yang serba praktis, pastikan bahwa kita juga mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan dunia lain agar kita dapat terus keep up dan tidak tertinggal.
- Mulai dari diri sendiri
Segala sesuatu yang sudah dijabarkan di atas, harus dimulai dari diri sendiri. Kesadaran dan keinginan dari dalam diri sendiri menjadi motivasi terbesar, sedangkan motivasi dari luar merupakan bonus.
Mendapatkan kesempatan mendampingi delegasi Indonesia dalam kegiatan study tour ke Tiongkok merupakan sebuah kehormatan bagi Ibu Ivana sebagai perwakilan PSPBM. Dari pengalaman selama seminggu bersama delegasi, beberapa catatan Ibu Ivana di atas juga akan menjadi catatan khusus bagi beliau sebagai salah satu pengajar PSPBM. Ibu Ivana berharap, beliau bersama-sama dengan seluruh dosen PSPBM juga dapat menanamkan nilai-nilai karakter yang baik untuk mahasiswa PSPBM, dengan harapan lulusan PSPBM kelak tidak hanya memiliki kemampuan berbahasa Mandarin dan pemahaman budaya Tiongkok yang baik, tetapi juga karakter yang baik, sehingga para lulusan siap untuk masuk dan berkontribusi di dalam masyarakat yang lebih luas.
Sebagai penutup, tanpa mengurangi rasa hormat, Ibu Ivana juga menitipkan ucapan terima kasih kepada pihak Kemenristekdikti, khususnya para jajaran yang menjadi pendamping selama perjalanan karena saya belajar banyak dari Bapak dan Ibu sekalian. Selain pelajaran untuk lebih sabar yang saya dapatkan dari Ibu Tiomega, pengetahuan saya juga bertambah dari kisah-kisah yang diceritakan oleh Pak Wahid; saya juga belajar tentang kesederhanaan dan kerendahan hati yang diperlihatkan oleh Pak Didin, dan tak lupa juga mendapatkan kesempatan untuk mencicipi rendang Padang singkong yang nikmat disertai cerita perjuangan ke pelosok-pelosok negeri demi masa depan anak bangsa yang dibagikan oleh Pak Ismet. Sungguh pengalaman dan pelajaran yang berarti bagi beliau secara pribadi. Terima kasih untuk Bapak dan Ibu yang memperlihatkan semangat membara untuk memajukan bangsa, terima kasih sudah memperlihatkan bahwa ada pejabat yang benar-benar peduli dengan kemajuan para generasi muda Indonesia.
Terima kasih diucapkan kepada Ms. Li Chen, perwakilan Kedubes RRT, yang sudah sabar dan pengertian selama perjalanan. Selama perjalanan, mungkin tidak mudah bagi Ms. Li Chen menjadi pendamping delegasi kami, tapi Ibu Ivana berharap perjalanan ini tidak membuat Ms. Li Chen kapok mendampingi mahasiswa/delegasi Indonesia. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), UNJ, khususnya kepada Ibu Liliana Muliastuti, Dekan FBS UNJ, serta para dosen PSPBM, yang sudah memberikan kepercayaan kepada Ibu Ivana sebagai perwakilan universitas dan program studi untuk mendampingi delegasi Indonesia pada kegiatan ini. Kepada pihak KBRI untuk Tiongkok, Ibu Listyowati (Wakil Kepala Perwakilan/Deputy Chief Mission), Bapak Yaya Sutarya (Atase Pendidikan dan Kebudayaan), Ibu Adelia (Fungsi Sosial Budaya), beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kesempatan, pengalaman, dan ilmu yang berharga untuk bekal pengetahuan kami semua. (ITT/AT)