DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA MELAKSANAKAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT KE MANADO, SULAWESI UTARA

Pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) merupakan salah satu kegiatan wajib yang tercantum di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh sebab itu, pada 2-4 Juli 2019, lima orang dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Jakarta (PSPBM UNJ) berangkat ke Manado, Sulawesi Utara, dalam rangka melaksanakan kegiatan P2M yang diusulkan oleh program studi pada semester 110.

Manado menjadi tujuan P2M PSPBM tahun 2019 dengan harapan dapat membuka lini baru dalam bidang kerja sama serta terjalin hubungan baik antara PSPBM UNJ dengan  guru-guru SMA/SMk di Manado. P2M berjudul “Pembelajaran Bahasa Mandarin yang Efektif dan Menyenangkan” diadakan di Sekolah Eben Haezar, Teling Atas, Wanea, Manado. P2M kali ini agak sedikit berbeda dengan P2M yang sebelumnya pernah dilakukan oleh dosen PSPBM karena target peserta P2M kali ini adalah guru bahasa Mandarin di Manado dan sekitarnya. Pelatihan yang ditujukan untuk guru bahasa Mandarin ini tidak memungut biaya apa pun dari peserta.

Di hadapan 20 orang peserta pelatihan, masing-masing dosen bertanggung jawab untuk menyampaikan materi yang berbeda-beda. Pada saat pembukaan pelatihan, Ibu Hudiyekti Prasetyaningtias menyampaikan selayang pandang pembelajaran bahasa Mandarin di Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Ibu Hudiyekti memberi gambaran tentang situasi pembelajaran bahasa Mandarin secara umum di Indonesia, baik dalam hal kurikulum yang dilaksanakan, buku pelajaran yang digunakan, latar belakang dan kemampuan guru bahasa Mandarin, minat siswa terhadap bahasa Mandarin, serta metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Materi kedua disampaikan oleh Ibu Ivana Tiar T. L. T, yaitu Metode Pembelajaran Menyimak dan Berbicara Bahasa Mandarin. Sebelum masuk ke dalam penjelasan metode pembelajaran, Ibu Ivana pertama-tama menyampaikan alasan pentingnya penguasaan fonetik dan kosakata yang baik dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin. Ibu Ivana selanjutnya menyampaikan metode serta teknik pengajaran apa saja yang sekiranya dapat diterapkan para peserta pelatihan dalam kelas Menyimak dan Berbicara, dengan mengedepankan penguasaan fonetik dan kosakata.

Pelatihan dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Ibu Susi Andriani. Ibu Susi menyampaikan materi Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Bahasa Mandarin. Ibu Susi menjelaskan urutan pembelajaran Aksara Han, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Aksara Han, hingga kiat-kiat pemahaman teks bacaan berbahasa Mandarin.

Setelah jeda istirahat santap siang, pelatihan dilanjutkan dengan materi Pengembangan Materi Ajar yang disampaikan oleh Ibu Hudiyekti. Tujuan dari penyampaian materi Pengembangan Materi Ajar adalah untuk melatih peserta pelatihan membuat analisis terhadap buku ajar yang dipakai, serta melatih bagaimana mengembangkan materi ajar tersebut sehingga materi yang diberikan kepada siswa semakin bervariasi dan lengkap.

Proses pembelajaran tidak akan lengkap tanpa adanya proses evaluasi. Oleh karena itu, selain materi terkait metode dan bahan ajar, pada pelatihan ini juga disampaikan materi Evaluasi Pendidikan. Materi yang disampaikan oleh Ibu Vanya Zelia tersebut bertujuan untuk melatih peserta pelatihan membuat indikator penilaian yang dapat mengakomodir capaian pembelajaran, menyusun instrumen penilaian dalam pembelajaran, dan juga memperkenalkan bentuk-bentuk soal High Order Thinking Skill (HOTS) yang dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam menganalisis.

Materi terakhir yang tidak kalah menarik adalah materi Media Pembelajaran yang disampaikan oleh Bapak Hasan. Beliau pada kesempatan tersebut memperkenalkan beberapa media atau aplikasi yang sekarang dapat membantu proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Contohnya seperti Kahoot, Edmodo, pembuatan QR code untuk menyambungkan pada tautan yang berkaitan dengan materi, dan Google Classroom. Awalnya, Bapak Hasan ingin fokus menyampaikan pembuatan QR Code dan penggunaan Google Classroom. Akan tetapi, di luar dugaan, para peserta pelatihan yang hadir saat itu belum mengenal Kahoot dan juga Edmodo. Sehingga Bapak hasan tetap dengan penuh semangat memperkenalkan dan menjelaskan bagaimana Kahoot dan Edmodo berfungsi hingga dapat membantu proses pembelajaran di era Revolusi 4.0.

Sebagai latar belakang tambahan, universitas-universitas di Manado belum memiliki Program Studi Bahasa Mandarin atau Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa guru-guru bahasa Mandarin yang ditemui pada saat pelatihan mengaku bahwa P2M kali ini merupakan pelatihan yang pertama kali bagi guru bahasa Mandarin se-Manado dan sekitarnya. Dari hasil data guru yang dikumpulkan di lapangan, guru-guru bahasa Mandarin di Manado dan sekitarnya meski mampu berbahasa Mandarin, tetapi para peserta tidak memiliki latar belakang pendidikan guru. Oleh karena itu, metode pengajaran yang tepat, penyusunan RPP, silabus, pelaksanaan evaluasi, dan penguasaan media pengajaran merupakan beberapa kendala yang dihadapi guru-guru saat mengajar di masing-masing sekolah.

Mengingat Manado sekarang menjadi salah satu tujuan wisata wisatawan asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) karena ada beberapa direct flight dari RRT, seperti dari Shanghai, Changsa, dan Guangzhou, seseorang yang memiliki kemampuan bahasa Mandarin memiliki peluang yang sangat besar. Guru-guru bahasa Mandarin berharap, kelak akan lebih banyak lagi diadakan kegiatan pelatihan guru bahasa Mandarin di Manado agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran bahasa Mandarin di Manado. Sehingga kelak, lebih banyak masyarakat Manado yang mampu berbahasa Mandarin, khususnya untuk meningkatkan pengembangan bidang pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara.

Terkait bidang pariwisata, pada dasarnya, tim dosen yang berangkat ke Manado melihat adanya andil dari pemda atau pun masyarakat lokal untuk melengkapi beberapa fasilitas umum dengan karakter Han—tulisan dalam bahasa Mandarin. Alangkah baiknya jika hal ini juga dapat ditunjang dengan adanya pemandu wisata yang mampu berbahasa Mandarin, sehingga kelak dapat menjadikan Manado sebagai salah satu kota yang ramah wisatawan RRT. Mungkin, hal ini dapat menjadi pertimbangan pelatihan di tahun mendatang.

Semoga P2M yang dilaksanakan oleh PSPBM UNJ kali ini dapat menjadi langkah awal pengembangan kemampuan masyarakat Manado pada umumnya, dan untuk pelatihan-pelatihan berikutnya sebagai bentuk kontribusi dalam usaha membantu meningkatkan kualitas guru serta pengajaran bahasa Mandarin di Manado pada khususnya. (ITT/HW/HP)