Sabtu, 27 April 2019 telah dilaksanakan Seminar Penulisan dan Pendidikan (SEPEDA) dengan tema Sankar Itik: Seminar Penulisan Karya Ilmiah dan Jurnalistik. Kegiatan yang dipersiapkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin (BEM PSPBM) selama kurang lebih satu bulan ini, dilaksanakan di Gedung DE, Ruang 108, pada pukul 09.00–13.00 WIB. Acara dihadiri oleh dosen pembimbing BEM Vanya Zelia, M.Pd., pemateri, dan peserta yang terdiri dari mahasiswa PSPMB angkatan 2016–2018.
Seminar yang dibagi menjadi dua sesi tersebut dimulai dengan sesi yang bertema “Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang Baik dan Benar Sesuai PUEBI”, yang dipaparkan oleh Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Dr. Miftahulkhairah Anwar, M. Hum. Dalam pemaparannya, beliau pertama-tama menyampaikan bahwa bahasa adalah sesuatu yang terbatas, tetapi dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang tidak terbatas, salah satunya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Dalam karya tulis ilmiah, bahasa digunakan sebagai media untuk melaporkan hasil kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah. Saat membuat karya tulis ilmiah maka tulisan tersebut harus memenuhi beberapa sifat kaidah penulisan akademik, yaitu objektif, sistematis, logis, terencana, akurat, efektif, sesuai kaidah bahasa, nominalisasi, memanfaatkan istilah teknis, dan berterima dalam hal gaya penulisan. Terkait kaidah bahasa, seperti yang kita sering dapati, ejaan sering kali diabaikan dalam proses penulisan, tetapi sebenarnya dengan menggunakan ejaan yang baik dan benar, hasil tulisan akan semakin baik pula. Oleh karena itu, beliau mengimbau agar para mahasiswa memulai kebiasaan menulis yang baik dengan terlebih dahulu memperhatikan ejaan.
Selain itu, beliau juga menyampaikan pada saat proses penulisan sebuah karya tulis ilmiah, sebaiknya menggunakan paradigma berpikir ilmiah yang mencakupi masalah, batasan masalah, tujuan, teori, metode, dan objek penelitian. Proses penulisan karya tulis ilmiah umumnya perlu melalui tiga proses utama, yaitu pra-penulisan, penulisan, dan revisi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa proses penulisan karya tulis ilmiah merupakan sebuah proses yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian.
Seminar dilanjutkan dengan sesi kedua pada pukul 11.00 WIB dengan tema “Citizen Journalism” yang disampaikan oleh dosen PSPBM, Ivana Tiar T. L. T., MTCSoL. Pada kesempatan tersebut, selain menyampaikan definisi, jenis, serta latar belakang terjadinya citizen journalism, beliau juga menyampaikan bahwa setelah dapat menguasai literasi teknologi, literasi media, literasi budaya, dan literasi jaringan, serta mengambil bagian dalam kegiatan citizen journalism, kita harus menjadi pelaku yang bertanggung jawab. Beliau menyarankan, sebelum menyebarkan sebuah berita, ada baiknya kita menanyakan beberapa pertanyaan berikut kepada diri sendiri: 1) Mengapa saya ingin menyebarkan berita tersebut?, 2) Apakah berita tersebut perlu untuk disebarkan, 3) Apakah berita tersebut sesuai fakta?, dan 4) Apakah berita tersebut baik untuk disebarkan? Sehingga, saat menyebarkan berita, kita dapat menyebarkan sebuah berita yang tidak ambigu, tidak mengesampingkan etika, moral, atau pun hukum yang berlaku, serta dapat dipertanggungjawabkan. Beliau juga menambahkan, selain menjadi pelaku kegiatan citizen journalism, disadari atau tidak, sebagian besar dari kita sehari-hari telah mengonsumsi hasil kegiatan citizen journalism yang dilakukan oleh orang lain. Sebab itu, di era Revolusi Industri 4.0 dengan segala informasi yang begitu cepat tersebar, dapat disebarkan oleh siapa dan dari mana saja, mahasiswa diingatkan untuk menyaring hasil berita (baik dalam bentuk tulisan, foto, atau video) yang dikonsumsi dari internet. Berpikiran kritis dan terbuka (tidak terjebak dengan filter bubble) menjadi salah satu modal yang perlu dimiliki agar tidak terjebak dengan berita-berita yang bias. Selain itu, juga dapat melakukan fact check atau pengecekan fakta dari laman-laman yang kredibel.
Taqi (2017), ketua acara SEPEDA 2019, mengakui bahwa merencanakan dan mengurus segala sesuatu hingga acara bisa berjalan dengan baik, memiliki kesan tersendiri. Bagi Taqi yang baru pertama kali mengetuai sebuah acara, pengalaman ini bukanlah sesuatu yang mudah. Baginya, berkoordinasi dengan anggota panitia menjadi sebuah tantangan. Meskipun demikian, dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa dari angkatan yang berbeda, didapati bahwa mereka cukup puas dengan acara SEPEDA 2019. Mayoritas berpendapat bahwa kegiatan SEPEDA 2019 secara umum sangat baik. Hal yang sama juga disampaikan dengan Ketua BEM PSPMB, Sarah Nadia (2017). Menurutnya, secara umum acara berjalan dengan lancar dan teman-teman mahasiswa PSPBM merasa acaranya bermanfaat. Menurut Sarah, Ketua BEM PSPBM, SEPEDA 2019 sangat berguna, khususnya bagi kakak-kakak angkatan 2016 yang akan mempersiapkan diri menulis skripsi. Agretio (2016) menyampaikan, meskipun pemateri SEPEDA 2019 menarik dan materi yang dipaparkan juga lebih berbobot jika dibandingkan tahun sebelumnya, ia berharap durasi acara pada kegiatan berikutnya bisa lebih panjang agar penyampaian materi tidak terlalu singkat dan dapat dilengkapi dengan kegiatan workshop. Menurutnya, kegiatan workshop perlu dilakukan agar apa yang dipelajari dapat langsung dipraktikkan.
Acara yang dimulai dengan kata sambutan oleh ketua pelaksana, ketua BEM, dan dosen pembimbing tersebut, diakhiri dengan sesi pemberian sertifikat dan cendera mata, foto bersama, dan pengisian angket BEM yang diisi oleh peserta. Semoga apa yang disampaikan oleh para pemateri berguna dan dapat diaplikasikan dengan baik oleh seluruh mahasiswa PSPBM UNJ yang hadir saat itu. (itt)