Bengkel Sastra

Bengkel Sastra 1

Kematian bersama Waska dalam Orkes Madun 2: Umang-umang

Sabtu, 19 Agustus 2017 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki telah berlangsung sebuah pementasan teater epik dari Bengkel Sastra UNJ yang membawakan satu buah naskah karya Arifin C. Noer dari tetralogi Orkes Madun, Umang-umang. Dengan sutradara Mussab Askarulloh, Bengkel Sastra mampu membawakan naskah ini dengan sangat apik. Pasalnya, masing-masing tokoh dalam pementasan ini memiliki karakter berbeda-beda yang sangat kental. Mulai dari pemeran utama, Waska yang dimainkan oleh Despian Nurhidayat selaku Ketua Bengkel Sastra UNJ, Borok, Ranggong, Japar, Gustav, Buang, Debleng yang merupakan sekelompok bawahan Waska. Ditambah dengan Bigayah, seorang germo yang sangat tergila-gila dengan Waska. Hingga Kuncen, Anak Kuncen, Embah, dan pemain-pemain tambahan sebagai warga Umang-umang.

Umang-umang bercerita tentang niat Waska, rosul kejahatan yang hendak melancarkan rencana besarnya untuk menjarah kota. Namun, sebelum rencana itu dilaksanakan, ia jatuh sakit hingga beberapa anak buahnya, Borok dan Ranggong harus mencari cara untuk menyembuhkan Waska. Bertanyalah mereka kepada dua orang yang umurnya melebihi umur dunia ini, Albert dan Mbah Puteri. Mereka memmberitahu obat penyembuh untuk Waska yaitu jamu dadar bayi. Berlanjutlah perjalanan Borok dan Ranggong mencari bahan dasar dari jamu itu, yaitu jantung bayi. Segala cara mereka halalkan termasuk membongkar kuburan bayi untuk mencari jantungnya hingga membunuh sang penjaga kuburan, Kuncen dan anaknya. Hingga akhirnya Waska beserta anak buahnya hidup abadi sampai mereka berhasil menjarah seluruh kota. Imbasnya adalah, Waska dan anak buahnya merasa dibunuh oleh waktu karena umur mereka yang tidak bisa habis akibat efek dari jamu dadar bayi itu. Waska dan anak buahnya menyaksikan kelahiran dan kematian secara berulang-ulang.

Pementasan  Bengkel Sastra ini mendapat banyak sekali pujian dari khalayakan ramai. Helvy Tiana Rosa selaku pembimbing Bengkel Sastra UNJ merasa bangga akan anak-anaknya. Koordinator Program Studi Sastra Indonesia UNJ, Miftahulkhairah Anwar yang menyaksikan pementasan ini juga merasa bangga dan puas akan pementasannya. Selamat untuk Bengkel Sastra.