FAKULTAS BAHASA DAN SENI
Cerdas, Bermartabat, Unggul
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
Cerdas, Bermartabat, Unggul
PELUNCURAN RUANG SENI PUBLIK “GALUR CERIA”: KERJA SAMA BUDAYA ANTARA INDONESIA-KOREA UNTUK KOMUNITAS YANG LEBIH AMAN DAN BAHAGIA

Jakarta, 7 Agustus 2025 — Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali menorehkan prestasi yang membanggakan. Melalui proyek kolaboratif antara Indonesia dan Korea Selatan bertajuk ODASIS 2025, Program Studi Pendidikan Seni Rupa bersama Pemerintah Kota Jakarta Pusat meresmikan “Galur Ceria”, sebuah ruang seni publik berbasis Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED) atau Pencegahan Kejahatan melalui Desain Lingkungan. Terletak di Jl. Rawa Tengah No. 29 RT 08/RW 07, Kelurahan Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat, proyek ini mengubah area yang sebelumnya terbengkalai menjadi ruang komunitas yang ramah anak, tempat anak-anak setempat dapat bermain, membaca, dan beristirahat dengan aman.

Proyek ODASIS 2025 merupakan program Gwangju Culture Official Development Assistance (ODA) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea serta Kota Gwangju. Proyek ini diorganisasi oleh Gwangju S\&C dan AB27, bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNJ. Edisi Jakarta juga didukung oleh Pemerintah Kota Jakarta Pusat dan Kantor Kelurahan Galur.

 

Dari Observasi Menuju Transformasi: Kolaborasi Multitahap Antarbudaya

Pelaksanaan proyek “Galur Ceria” dimulai pada akhir April 2025. Kegiatan dimulai dengan survei lokasi dan pertemuan para pemangku kepentingan, termasuk warga, tokoh masyarakat, dan Pemerintah Kota Jakarta Pusat. Sebanyak 20 mahasiswa dari Program Pendidikan Seni Rupa UNJ dan 4 mahasiswa dari Departemen Arsitektur Universitas Gwangju terlibat dalam proyek tersebut di bawah bimbingan arsitek Korea, Bapak Jung Jaehak, untuk mempelajari prinsip-prinsip CPTED.

Setelah berdialog dengan warga, tim proyek “Galur Ceria” memutuskan untuk mengembangkan desain berbasis bambu serta menciptakan mural, papan petunjuk, dan dekorasi untuk meningkatkan nilai estetika juga keamanan ruang. Pemilihan bambu sebagai bahan utama pembangunan memiliki makna simbolis. Dalam banyak budaya Asia, bambu melambangkan ketahanan, kekuatan, pertumbuhan, dan harmoni dengan alam. Bambu tumbuh cepat, lentur namun tidak mudah patah, dan mampu bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan—cerminan nilai adaptasi dan ketangguhan. Proyek “Galur Ceria” mewujudkan nilai-nilai ini, menawarkan ruang yang kuat namun ramah, tradisional namun berpandangan ke depan.

 

Fasilitas dan Simbol Persahabatan Antarbangsa

Pada 7 Agustus 2025, “Galur Ceria” diresmikan dalam sebuah acara meriah yang dihadiri warga, tokoh lokal, dan tamu internasional. Acara menampilkan tarian tradisional oleh pemuda setempat, pertunjukan sulap oleh seniman Korea, Kim Gwang Jung, aktivitas seni interaktif untuk anak-anak yang dipandu oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCCI), serta sambutan oleh para pejabat penting dari kedua negara.

Proyek “Galur Ceria” menghasilkan sebuah ruang publik di Kelurahan Galur. Keempat sisi ruang dibangun dari bambu, membentuk dinding alami, area tempat duduk, dan perpustakaan mini. Dalam peresmiannya, Walikota Jakarta Pusat, Bapak Arifin, menyampaikan kebanggaannya atas proyek ini karena menjadi satu fasilitas publik untuk membina dan memberdayakan warga. Terlebih, proyek ini juga menjadi simbol kemitraan antara Indonesia dan Korea Selatan.

 

“Galur Ceria”: Ruang Publik Berbasis CPTED untuk Segala Usia

Ruang “Galur Ceria” menawarkan berbagai fitur yang dirancang dengan matang, antara lain:

  • perpustakaan mini dengan sumbangan buku anak untuk mendukung literasi dini,
  • bangku panjang dari bambu untuk tempat istirahat orang tua, lansia, dan pengunjung,
  • ring basket dan dinding panjat untuk aktivitas fisik dan permainan,
  • cermin vortex yang dipasang pada sudut strategis untuk meningkatkan visibilitas dan mencegah kecelakaan, serta
  • panel naratif yang menceritakan kisah pembangunan ruang ini—membangun rasa memiliki dan kebanggaan warga.

 

Semua elemen ruang ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan lokal, dengan penekanan pada visibilitas, aksesibilitas, dan multifungsi untuk mendorong interaksi positif dan pencegahan kejahatan.

Post Views: 555