QS. Al Azhab Ayat 45-46
45. Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan
46. Dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi
Rasulullah Sebagai Sumber Keteladanan
Telah diketahui bersama bahwa Alloh SWT mengutus nabi Muhammad SAW agar menjadi teladan bagi seluruh manusia dalam merealisasikan sistem pendidikan Islam. Setiap prilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari merupakan prilaku Islami yang bersumber dari Al-Qur’an. Dengan demikian sebagai muslim, hendaknya menjadikan Rasul sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keagungan keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah pembawa risalah abadi, kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah, atau yang menyangkut kepatuhan atau kesabaran. Ini semua perlu diteladani dengan harapan agar kita menjadi manusia yang bermental islami yang seluruh aspek kejiwaannya didasari dengan nilai-nilai luhur Al-Qur’an dan Hadits.
Kesanggupan mengenal Allah adalah kesanggupan paling awal dari manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khodijah sedang mengerjakan sholat, sayyidina Ali masih kecil datang dan menunggu sampai selesai, kemudian beliau bertanya: “Apakah yang sedang Anda lakukan?”. Dan Rasul pun menjawab: “Kami sedang menyembah Alloh, Tuhan pencipta alam semesta”. Lalu Ali spontan menyatakan ingin bergabung. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran prilaku, sikap dan tindakan kita. Dengan demikian, menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak, akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaikan-kebaikan.
Bagaimana tips mendidik ala Nabi SAW ? Setidaknya ada tiga cara bagaimana mendidik anak menurut Nabi SAW, yaitu: Metode mendidik dengan memberi keteladanan (perbuatan), metode yang berpengaruh terhadap akal, metode yang berpengaruh terhadap kejiwaan
Rasulullah merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin beliau ajarkan melalui tindakannya, kemudian menterjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Alloh, bagaimana bersikap sederhana, apa yang beliau katakan tentang kejujuran, keadilan, toleransi, bagaimana duduk dalam sholat, do’a, dan lain sebagainya. Semuanya ini beliau lakukan dulu dan kemudian baru mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai hasilnya, apapun yang beliau ajarkan diterima dengan segera di dalam keluarganya dan oleh para pengikutnya, karena ucapan beliau menembus ke dalam hati sanubari mereka.
Di dalam keluarga Rasulullah terdapat perasaan keterpesonaan permanen. Orang-orang yang memperoleh tatapan sekilas darinya dapat merasakan keindahan surga dan kengerian neraka. Beliau gemetar selama sholat, menggigil karena takut neraka dan terbang dengan sayap keinginan akan surga. Perilaku beliau memberi inspirasi dan berkah kepada setiap orang di sekelilingnya. Anak-anak dan istri-istri beliau juga merasa kagum dan takut manakala beliau berkhotbah, memberi perintah, dan apa-apa yang mereka alami dan dilakukan serta memberi contoh melalui tindakan mereka. Andaikan semua ahli pendidikan berkumpul dan menyatukan semua pengetahuan mereka tentang pendidikan, mereka tidak bisa seefektif Nabi.
Keteladanan inilah yang nampaknya menjadi sarana yang paling efektif dalam menyampaikan materi pendidikan beliau. Beliau tampil sebagai contoh kongkrit dari semua materi dakwah dan pendidikan yang beliau sampaikan. Murid-murid beliau tidak pernah lagi bertanya seperti apa contoh kongkrit dari kejujuran, kesederhanaan, toleransi, dan lain sebagainya. Karena mereka dapat menyaksikan semua itu secara langsung, pada guru mereka sendiri, yaitu Rasulullah. Keteladanan yang beliau tampilkan. Adalah betul-betul menjadi langkah dan strategi pendidikan yang amat manjur dan jitu untuk menularkan semua kecerdasan yang beliau miliki. Sebab, semua yang beliau tampilkan baik berupa perbuatan ataupun perkataan mampu menyedot perhatian besar para peserta didiknya sehingga dengan penuh kesadaran yang tinggi mereka ingin untuk meniru dan melaksanakan apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh beliau.
Beliau telah sukses menampilkan dirinya sebagai sosok yang memang pantas ditiru dan diteladani. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Dalam proses interaksi inilah akan terjadi saling mempengaruhi, karena secara psikologis manusia terutama anak-anak memiliki kecenderungan atau naluri meniru orang lain. Di samping itu, secara psikologis pula, seseorang membutuhkan tokoh teladan dalam kehidupannya. Semua itu disadari atau tidak akan mempengaruhi kepribadian seseorang.