Salah satu program kerja tahunan Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin (PSPBM) UNJ yaitu Kuliah Umum telah terlaksana dengan baik. Kuliah Umum 2017 menjadi ajang pertama kalinya seluruh mahasiswa PSPBM hadir sebagai peserta. Pada tahun ini, mahasiswa PSPBM sudah mencapai 100 lebih, terdiri dari 4 angkatan yaitu 2014,2015, 2016 dan 2017.
Pada Kuliah Umum yang digelar Rabu 13 September 2017 ini, tema yang diangkat yaitu “Generasi Muda Membangun Bangsa”. PSPBM UNJ mendaulat jurnalis senior media cetak Kompas, lulusan Program Studi China (Sinologi) Universitas Indonesia, Bapak Rene L. Pattiradjawane sebagai pembicara. Bapak Rene merupakan pendiri portal berita detikcom, dan sejak tahun 1980an bekerja sebagai peneliti masalah komuniis di Lembaga Pertahanan Nasional. Beliau juga berpengalaman sebagai Kepala Biro Harian Kompas di Hongkong SAR.
Padan acara Kuliah Umum kali ini, beliau memberikan pandangan bertajuk “Bahasa China sebagai Bahasa Abad ke-21”. Beliau mengawali paparannya dengan karakteristik bahasa Mandarin, sebuah bahasa tonal yang memerlukan waktu panjang untuk dikuasai. Selain bahasa Inggris dan bahasa Jerman, Pak Rene juga menguasai beragam bahasa. Beberapa diantaranya seperti bahasa Mandarin, bahasa Thai, bahasa Kanton. Mempertimbangkan posisi Cina pada ekonomi dunia, penguasaan bahasa Mandarin adalah hal penting bagi generasi muda kita. Bukan hanya disebabkan peran generasi muda sebagai warga dunia, tapi juga demi membangun bangsa Indonesia. Pak Rene mengungkapkan pentingnya penguasaan bahasa sebagai alat untuk mempelajari bidang pengetahuan lain seperti ekonomi, politik, budaya. Untuk itu, penguasaan bahasa Mandarin misalnya, adalah hal yang multak diperlukan. Sehingga sesulit apapun bahasa Mandarin, menguasainya bukanlah suatu tujuan akhir. Beliau juga mengingatkan bahwa untuk membangun bangsa, kita semua harus mempunyai semangat persatuan. Yang seringkali dilupakan adalah bahwa etnis Tionghoa bukanlah orang Cina, namun merupakan bagian dari rakyat Indonesia yang sejak dahulu turut andil dalam perjuangan bangsa Indonesia. Beberapa hal mengenai permasalahan dan isu Tionghoa dalam sejarah Indonesia, menurut beliau adalah warisan pemikiran zaman kolonial Belanda. Saat ini, demi pembangunan bangsa, generasi muda memerlukan persatuan dan pengetahuan yang mumpuni.
Acara Kuliah Umum dibuka dan ditutup oleh Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin, dan dihadiri oleh seluruh dewan dosen. Sangat disayangkan, jajaran Dekanat Fakultas Bahasa dan Seni sedang berada di luar kota sehingga tidak dapat menghadiri acara ini. Besar harapan kami, acara Kuliah Umum kali ini dapat memberikan motvasi pada mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, agar dapat membangun negara Indonesia melalui bidang yang ia geluti. (AT)