Pada Selasa, 5 Desember 2023, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta menghadiri seminar yang diadakan oleh Kemendikbudristek di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Seminar ini mengangkat tema “Optimalisasi Pengawasan dalam Rangka Peningkatan Literasi, Revitalisasi Bahasa Daerah, dan Internasionalisasi Bahasa Indonesia”. Dalam pertemuan seminar tersebut, Universitas Negeri Jakarta diwakili oleh Ibu Hestiyani Parai, M.Pd., bersama delapan mahasiswa. Delapan mahasiswa tersebut ialah Azzahra Isnamalika, Farah Nabilah Mahtal, Fani Kania, Khairunnisa Rasyidah, Nurieyya Fieka Azmuna, Tazkiyah Rahmah, Shabrina Hanifah Nur Muthmainna, dan Salsabillah Jannah.

Terdapat empat pembicara di antaranya, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., dengan materi yang dibawakan Strategi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam Membangun Literasi, Revitalisasi Bahasa Daerah, dan Internasionalisasi Bahasa Indonesia. Ir. Muhaswad Dwiyanto, M.Pd., CFrA., CRGP., dengan materi Peran Pengawasan Itjen dalam Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dr. Sri Munawarmah, S.S., M.Hum., dengan tema Bahasa  dan Komunikasi antarbudaya dalam Lingkungan Global. Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., dengan tema Moralitas dalam Pengelolaan Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemaparan materi terbagi dalam dua sesi, pada sesi pertama disampaikan bahwa terdapat perubahan yang lebih baik Badan Bahasa dari masa lalu yang biasa saja, masa sekarang yang tidak biasa, dan harapan di masa depan menjadi luar biasa. Kepala Badan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D menyampaikan dalam materinya, “Badan Bahasa terus berusaha untuk melakukan perubahan dengan bermartabat dan bermanfaat sesuai dengan slogan Badan Bahasa.” Salah satu hal yang dilakukan untuk melakukan perubahan tersebut ialah dengan menata internal badan bahasa.

Pada kondisi masa sekarang, Badan Bahasa memiliki tiga program prioritas yaitu perlindungan literasi, kebahasaan dan kesastraan, dan internasionalisasi bahasa Indonesia. Nilai dasar pelaksanaan program Badan Bahasa ialah fokus, berkelanjutan, dan kolaborasi. Selain itu, dibahas juga mengenai bahasa daerah di Indonesia yang begitu banyak, sebanyak 718 bahasa serta bagaimana revitalisasinya terhadap bahasa-bahasa daerah yang dinilai terancam punah penuturnya. Badan bahasa pun berupaya menjadikan bahasa daerah menjadi bahasa pengantar di kelas.

Lain halnya dengan sesi pertama yang berfokus pada kinerja Badan Bahasa, sesi kedua diisi dengan materi mengenai moralitas dalam pengelolaan pendidikan dan kebudayaan. Pada materi ini banyak dibahas mengenai moral dan etika dalam berbagai ranah kehidupan, antara lain, sosial, budaya dan pendidikan. Bagaimana moralitas menjadi karakter penting dan vital bagi keberlangsungan kehidupan dan bermasyarakat.

Di akhir pemaparan materi diadakan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab, beberapa mahasiswa dan undangan lainnya bertanya kepada narasumber seputar bahasa daerah, bahasa Indonesia, serta bahasa lainnya yang berkembang di masyarakat.

Dalam acara seminar disediakan juga bazar yang dapat kami kunjungi saat waktu istirahat. Bazar tersebut terdiri atas bazar buku, Quiz, dan simulasi UKBI. Buku-buku yang disediakan seperti buku Vitalitas Beberapa Bahasa di Indonesia Bagian Timur, buku kamus Indonesia-Vietnam, dan buku kamus Indonesia-Myanmar. Kami mendapatkan hadiah setiap mendatangi stand dalam bazar.

Dari acara seminar ini, peserta memperoleh banyak pengetahuan dan juga kesadaran untuk berusaha mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing. Diharapkan semoga ke depannya Kemendikbud dapat mengadakan seminar seperti ini lagi khususnya untuk anak muda, agar anak muda zaman sekarang dapat melestarikan bahasa daerahnya masing-masing dan tidak selalu menggunakan bahasa asing yang terlihat lebih keren sehingga bahasa daerahnya terlupakan.