Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) menggelar seminar keenam melalui Zoom Meetings dengan narasumber Kuliner dan Busana Betawi yaitu Bu Anisa Diah. Seminar ini dilaksanakan pada Jumat, 16 April 2021 pukul 14.00 s.d. 14.45 WIB. yang membahas tentang busana tradisonal khas Betawi. Pemaparan dan ungkapan ringkas  tanpa ada pemaparan mahasiswa sebab khusus busana lebih terlihat dibantu dengan adanya penjelasan ahli dan gambar penjelas. Narasumber menjelaskan tentang perbedaan pemakaian baju wanita dan pria yang sudah berstatus menikah dan belum menikah.

Untuk wanita yang masih lajang atau belum menikah menggunakan baju none. Wanita yang sudah menikah biasanya mengunakan baju perancang atau biasa disebut dengan kebaya encim. Kebaya encim juga sering digunakan oleh abang none yang biasanya itu ciri khas kebayanya serong ke depan tetapi di belakangnya pendek yang disebut kondai. Bordirannya itu bolong dan disebut dengan kebaya perancang. Sarung yang digunakan pun juga beragam ada motif belah ketupat, motif tore tore, sarung sekep, dan boleh juga menggunakan sarung panjang. Tidak harus menggunakan sarung tombak. Untuk orang yang lebih tua menggunakan kebaya panjang dan kerudung.

Untuk pria, jika belum menikah menggunakan baju abang, jas panjang, lipkol, lokdal, batik senada atau senama, dan sarung macam supaya gagah. Untuk acara resmi atau lomba menggunakan baju abang. Pria yang sudah menikah menggunakan ujung serong, jas pendek, kancing tutup tengah, pakai tutup tengah, terlihat lima jari dari jasnya. Pemakaiannya serong tidak lurus, pakai kopiah hitam polos, kutu macam biar gagah, juga sepatu pantofel dengan menggunakan setelan baju rancang.

Untuk yang jago silat (jawara) itu menggunakan baju pangsi, pakai celana lebar, dalaman, kaos, atau langsung pakai bajunya, pakai sarung langsung untuk melakukan bela diri juga golok. Baju sadariah menggunakan celana batik atau bisa juga paka baju koko, atau dengan sarung beda motif. Baju betawi yang tidak terlalu resmi tetapi banyak digunakan. Baju sadariah menggunakan selot rompah atau pantofel. Baju jas rebet itu adalah baju untuk menikah, pasangnya menggunakan rias bakal, menggunakan sarung, sabuk, kemeja, jas, juga kopiah. Pengantn ini juga mengunakan kalung dan kembang, biasanya dipakai oleh tokoh masyarakat, ulama atau  tetua.

Untuk pengantin lebih khas dari yang lain. Baju pengantin biasanya itu menggunakan khas Cina berupa cadar, cuaki, delima, dan kain di bawah. Baju pengantin rias menggunakan songket padang, palembang, juga menggunakan selempang dan lida. Wanita menggunakan sanggul.