SEHARI MENJADI BETAWI DI KAMPUNG SILAT PETUKANGAN: KULIAH LAPANGAN SASTRA LISAN PRODI SASINDO

[easingslider id=”1801″]

Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia melakukan kuliah lapangan pada 19 Desember 2019, sebagai bagian mata kuliah Sastra Lisan. Sebanyak 21 mahasiswa didampingi dosen pengampu mata kuliah Sastra Lisan, Dr. Gres Grasia Azmin, mengunjungi Kampung Silat Petukangan selama sehari penuh. Tabuhan rebana yang meriah langsung menyambut kedatangan mahasiswa Sasindo UNJ. Namun, sebelum bisa memasuki gerbang, rombongan dihadang oleh palang pintu Betawi. Pantun yang kental menggunakan bahasa Betawi dan pertarungan antara dua jawara menggunakan golok membuat palang pintu semakin seru. Beruntung, rombongan UNJ dapat memasuki gerbang setelah pihak penghadang dapat dikalahkan.

Rombongan UNJ disambut langsung oleh Sekretaris Camat Pesanggrahan, Lurah Petukangan Utara, Kasie Kehutanan dan Pertamanan Pesanggrahan, dan Ketua Umum Yayasan Kampung Silat Petukangan. Kehadiran pejabat setempat merupakan bentuk dukungan penuh pemda kepada Kampung Silat Petukangan sebagai destinasi wisata dan edukasi budaya Betawi.

“Kehadiran Kampung Silat Petukangan merupakan jawaban pentingnya akademisi mempelajari budaya langsung pada pemilik tradisi, apalagi di Kampung Silat Petukangan berbagai budaya Betawi sudah all in sebagai wisata edukasi.” tutur Gres, dosen UNJ yang  juga selaku Dewan Pembina Kampung Silat Petukangan.

Pada kuliah lapangan ini, mahasiswa belajar mengenai budaya Betawi langsung dari sesepuh, pakar, dan pelaku seni Betawi. Kegiatan dimulai dengan ramah tamah dan pertukaran cindera mata dilanjutkan dengan ziarah kubur ke makam H. Ghojalih, sesepuh yang pertama kali membawa silat Beksi ke wilayah Petukangan. Ziarah ini dimaksudkan agar mahasiswa mengenal sejarah Petukangan dan mengajarkan adab untuk senantiasa menghormati leluhur.

Kuliah lapangan dilanjutkan dengan materi dan workshop mengenai rebana gedigdug, pertunjukan topeng blantek, pembuatan kedok ondel-ondel, dan silat Beksi. Selama seharian, mahasiswa mengikuti tiga segmen kegiatan. Pada segmen pertama, mahasiswa dengan sangat serius mempelajari sejarah ondel-ondel dan mempraktikkan cara membuat kedok serta mendandani ondel-ondel. Fenomena ondel-ondel ngamen menjadi salah satu bahasan diskusi.

Pada segmen kedua, mahasiswa mempelajari teater topeng blantek dan mencoba berlatih rebana. Berbagai ukuran dan fungsi rebana diperkenalkan. Pelatih rebana yang piawai membuat segmen  ini semakin menarik dan penuh gelak tawa. Sifat khas orang Betawi yang humoris kental terasa. Segar seperti sayur asam yang menjadi santapan makan siang bersama pada hari itu. 

Pada segmen terakhir, mahasiswa diajak menelusuri sejarah silat Beksi yang menjadi andalan Kampung Silat Petukangan. Pada sesi ini, mahasiswa pun diajarkan tiga jurus silat Beksi  yaitu jurus Beksi, Jurus Gedik, dan jurus Tancep. Peserta juga belajar aplikasi silat sebagai bela diri praktis untuk kehidupan sehari-hari.  Tidak tanggung-tanggung, mereka dilatih oleh sesepuh silat Beksi yaitu Baba M. Soleh (60) dari Beksi H. Hasbullah dan Baba Dasik (72) dari Beksi H. Ghojalih yang juga didampingi para pelatih muda silat Beksi. Kuliah lapangan diakhiri dengan menonton pertunjukan rebana gedigdug yang dalam pertunjukannya diisi silat dan pantun dengan diiringi rebana.

Link terkait:

http://ini-betawi.com/index.php/2019/12/23/kunjungi-kampung-silat-petukangan-mahasiswa-unj-puas/

http://ini-betawi.com/index.php/2019/12/06/mahasiswa-unj-akan-kunjungi-kampung-silat-petukangan-19-desember/

http://harianpelita.co/2019/12/22/edukasi-sejarah-silat-petukangan-dikunjungi-dosen-dan-mahasiswa-unj/

http://harianpelita.co/2019/12/06/kampung-silat-petukangan-sinergi-program-dengan-universitas-negeri-jakarta/