Pada 15 dan 16 November 2018, Ikatan Mahasiswa Sinologi Indonesia (IMSI) Program Studi Cina Universitas Indonesia mengadakan acara SINOFEST 2.0 dengan tema “Akulturasi Budaya Tionghoa dengan Budaya Bali sebagai Warisan Budaya Indonesia” yang bertempat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat. SINOFEST 2.0 ini adalah kegiatan lomba-lomba untuk siswa SMA dan mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Mandarin di seluruh Indonesia. Lomba tersebut adalah lomba cerdas cermat dan news anchor untuk mahasiswa, serta lomba pidato untuk tingkat SMA. Ini merupakan tahun kedua mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin (PSPBM) UNJ berpartisipasi dalam lomba yang diadakan oleh mahasiswa Universitas Indonesia. Pada kegiatan ini, PSPBM UNJ mengirimkan empat tim, tiga tim ikut serta dalam lomba cerdas cermat yang terdiri dari sembilan orang mahasiswa dan satu tim news anchor yag terdiri dari dua orang mahasiswa.
Lomba cerdas cermat dan news anchor diadakan pada Kamis, 15 November 2018. Seluruh babak mulai dari penyisihan sampai final diadakan pada hari yang sama. Pada kesempatan ini, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin UNJ berhasil meraih juara III lomba cerdas cermat atas nama Agretio Agustian, Deaneira Cantika Islami, dan Rullin Aulia Fatma (angkatan 2016). Setiap pemenang mendapatkan sertifikat, piala, dan sejumlah uang yang diberikan pada saat Gala Dinner, Jumat, 16 November 2018.
Pada Jumat, 16 November 2018 SINOFEST 2.0 juga menyelenggarakan seminar mengenai pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia angkatan 2016 terhadap Klenteng Hok Lay Kiong yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Terdapat tujuh kelompok yang memaparkan hasil penelitian dengan objek penelitian yang berbeda-beda. Kelompok satu memaparkan hasil penelitian mereka mengenai Asal Usul Penamaan Dewa di Klenteng Hok Lay Kiong; Kelompok dua tentang Sejarah Berdirinya Klenteng Hok Lay Kiong; Kelompok tiga tentang Analisis Penerapan Fengshui di Klenteng Hok Lay Kiong; Kelompok empat tentang Tata Cara Sembahyang dan Ritual Ciamsi di Klenteng Hok Lay Kiong; Kelompok lima tentang Strategi Klenteng Hok Lay Kiong dalam Menjaga Hubungan Baik dengan Masyarakat Sekitar; Kelompok enam tentang Perayaan Sejit di Klenteng Hok Lay Kiong; dan kelompok tujuh tentang Makna Nama dan Bangunan dari Klenteng Hok Lay Kiong.
Dari hasil pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa Klenteng Hok Lay Kiong merupakan klenteng yang didirikan lebih dari 4 abad yang lalu. Awalnya klenteng ini didirikan oleh kalangan saudagar Cina yang berlayar ke Indonesia dan berlabuh di salah satu teluk di Bekasi. Nama klenteng ini berasal dari dialek hokkian yang dalam bahasa Mandarin bernama 福来宫 (fúláigōng) yang berarti istana mendatangkan keberuntungan. Klenteng ini merupakan klenteng dengan tiga aliran agama yaitu Konghucu, Budha, dan Tao sebagai tempat untuk beribadah jemaahnya. Dalam klenteng Hok Lay Kiong terdapat sepuluh patung dewa dan 12 dewa yang disembah, terdiri dari dewa Thian Kwan, dewa Tee Kwan, dewa Cui Kwan, dewa Mun Sen, dewa Hian Thian Siang Hee, dewa Tjay Sen Loya, dewi Kwan Im Posat, dewa Hok Tek Ceng Sin, dewa Ji Long Sin, dewa Po Seng Tay Tee, dewa Cao Kun Kong, dan dewa Kwan Seng Tee Kun.
Selain itu klenteng juga menjalankan rituan dan perayaan tradisional khas seperti Ritual Ciamsi dan Perayaan Sejit. Klenteng yang dikelola oleh Yayasan Pancaran Tridharma Bekasi juga membantu masyarakat yang tinggal di sekitar klenteng dengan membagikan makanan, sedekah, membuka klinik pengobatan gratis, dan lain sebagainya.
SINOFEST 2.0 ditutup pada Jumat malam, 16 November 2018 dengan Gala Dinner yang diadakan di Felfest UI. Gala Dinner diisi dengan pengumuman dan penyerahan hadiah pemenang lomba, penampilan tarian dan nyanyian, diskusi,dan ditutup dengan santap malam bersama. Selamat kepada para pemenang!