“Let’s Be A Professional Translator” Talkshow & Workshop Kerjasama Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNJ dengan J-Educa

Prodi Pendidikan Bahasa Jepang bekerjasama dengan J-Educa mengadakan Talk Show dan Workshop bertajuk “Let’s Be A Professional Translator” di Gedung Ki Hajar Dewantara Kampus A Universitas Negeri Jakarta pada hari Sabtu (22/02). Kegiatan ini menyasar masyarakat umum, dosen, maupun mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Jepang. Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan pelatihan soft skill baik itu untuk pemula maupun mereka yang sudah ahli di bidang penerjemahan.

Jelajah Educa atau yang biasa dikenal sebagai J-Educa merupakan sebuah forum yang bergerak di bidang pelatihan keterampilan bagi masyarakat umum. Forum ini digagas oleh tujuh orang praktisi ahli yang diketuai oleh ibu Evi Lusiana, M.A., salah satu staf ahli pendidikan bahasa Jepang di Japan Foundation Jakarta. Acara ini merupakan kerjasama yang pertama kali diadakan J-Educa dengan Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNJ. Jumlah total peserta berjumlah 61 orang yang terdiri dari praktisi, mahasiswa, serta para alumni. Acara pelatihan selama empat jam ini dimulai dengan pemberian sambutan perwakilan pihak UNJ oleh ibu Dwi Astuti Retno Lestari, M.Si., M.Ed, lalu dilanjutkan oleh perwakilan . J-Educa, ibu Evi Lusiana, M.Si.

Talkshow ini tidak hanya memberikan tips and tricks namun juga sebagai wadah sharing pengalaman dari pihak praktisi maupun dari pihak user. Pihak praktisi disini adalah mereka yang sudah malang melintang di dunia penerjemahan bahasa Jepang baik itu lokal maupun internasional. Sedangkan user adalah klien atau pengguna jasa penerjemah yang biasanya merupakan mereka yang berkecimpung di dunia korporasi. Kedua pihak ini kemudian berkolaborasi mengadakan sebuah kegiatan pelatihan untuk memberikan masukan-masukan yang dibutuhkan dalam berkomunikasi antara praktisi dan user. Sehingga keduanya bisa bekerjasama dengan baik. Praktisi bisa lebih memahami apa yang dibutuhkan user, dan user bisa menggunakan praktisi sesuai dengan fungsinya dalam mencapai tujuan.

Ada dua orang kunci narasumber yang hadir mengisi acara ini yaitu Susy Ong, Ph.D dan Vivi Triani Adris, M.Si. Susy Ong adalah seorang dosen Program Studi Kajian Wilayah Jepang Universitas Indonesia yang juga merupakan anggota Asosiasi Penerjemah Bersumpah Indonesia. Dalam pelatihan penerjemahan, wanita kelahiran 1966 ini mengatakan bahwa seorang penerjemah adalah jembatan penghubung diplomasi antar dua negara. Oleh karena itu, sebagai penerjemah yang baik ia tidak boleh memihak salah satu pihak meskipun secara emosional ia lebih condong ke negara tertentu. Seorang penerjemah harus mampu bersikap netral dan rasional. Tentu saja, hal ini harus ditunjang dengan kemampuan yang mumpuni, sehingga kesalahpahaman akibat salah interpretasi penerjemahan bisa dihindari.

Selain tips beliau juga memaparkan mengenai berbagai kendala yang banyak ditemui para pemula ketika menerjemahkan. Beberapa diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan penerjemah terhadap istilah atau terminologi khusus kebidangan, kurangnya referensi-referensi terkait, serta tentunya jam terbang yang masih sedikit. Untuk mengurangi kendala-kendala tersebut, Susy Ong memberikan beberapa tips. Seorang penerjemah, selain wajib membaca dengan seksama teks yang akan ia terjemahkan serta memilih pendekatan yang sesuai, ia juga wajib memperbanyak bacaan-bacaan mengenai isu-isu global seperti politik dan ekonomi. Perbanyak perbendaharaan kata baik itu dalam bahasa asal, maupun bahasa target. Ada kalanya seorang penerjemah sulit menemukan padanan kata yang tepat pada bahasa target sehingga proses penerjemahan bisa memakan waktu yang sedikit lebih lama dari deadline yang ditetapkan user.,Namun tidak perlu khawatir, menurut Susy Ong hal ini bisa diakali dengan sering mengecek berbagai macam istilah yang sudah dibakukan di internet. Misalnya dengan mengecek laman pengetahuan bahasa yang disediakan Konsulat Jenderal atau Kedutaan Besar. Tips ini tentunya akan sangat membantu, dan bisa memberikan nilai plus dimata user, karena terjemahan kita bisa menjadi lebih akurat dan valid.

Pembicara kedua yaitu Vivi Triani Adris, M.Si. Beliau adalah seorang interpreter sekaligus user. Dalam workshop sesi ke II ini, beliau memberikan tips-tips yang bisa digunakan dalam penerjemahan dokumen legal, artikel, hingga komik. Tips yang sangat penting yaitu, penerjemah harus memikirkan jenis terjemahan serta untuk siapakah hasil terjemahan itu dibuat. Karena hasil akhirnya tentu akan sangat berbeda tergantung pada target pembaca hasil terjemahan.

Selain pelatihan penerjemahan dokumen tertulis, Vivi Triani Adris juga memberikan pelatihan singkat untuk menjadi interpreter. Jika mendengar kata interpreter, mungkin yang kita bayangkan pertama kali adalah, “Wow, berat ya!” Memang berat. Apalagi jika hanya dipikirkan saja tanpa ada usaha latihan serta raihan pengalaman. Namun, menjadi interpreter bukanlah sesuatu yang sulit jika kita mau berlatih. Menurut pengalamannya, latihan yang bisa dilakukan yaitu dengan sering menonton acara dokumenter berbahasa target (bahasa Jepang), sering mendengarkan berita di Youtube, mendengarkan percakapan di drama Jepang lalu catat poin-poin pentingnya untuk nanti diceritakan kembali menggunakan bahasa sendiri, sering latihan mencatat memo dalam berbagai level kecepatan bicara, perbanyak pengetahuan bidang khusus, dan yang terakhir gunakanlah teknik shadowing untuk melatih kemampuan mendengar dan berbicara.

Kegiatan talk show and workshop kali ini tentu saja sangat bermanfaat di bidang pembelajaran penerjemahan. Tidak hanya memberikan pelatihan soft skill bagi para penerjemah pemula saja, namun bagi para pengajar pun pelatihan ini bisa dijadikan sebagai referensi yang cukup serta dapat membantu dalam pembuatan bahan ajar terkait tentunya.