Pada Sabtu, 30 November 2019, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) mementaskan monolog dan teater historikal pada acara Melacak Jejak Jaap Kunst: Suara dari Masa Lalu. Pementasan monolog dan teater tersebut dilaksanakan pada subacara Malam Akhir Pekan di Museum Nasional dalam rangkaian peringatan 100 tahun kontribusi Jaap Kunst, salah satu kurator musik dan alat musik Nusantara di Museum Nasional Indonesia. Oleh karena itu, lakon monolog dan teater yang dimainkan mengangkat sosok Jaap Kunst sebagai tokoh sentral.

Mahasiswa yang terlibat sebagai aktor dalam pementasan tersebut berjumlah 12 orang, yaitu Juriski O’oli Waruwu, Muhammad Reza Pratama, Muhammad Raafi, Setyo Wibowo, Abdul Khoir Rifai, Mohamad Irvan Nasrullah, Nanda Febrina Mureta Baren, Gilang Widitya, Siti Khotidjah, Sri Kushartanti Utari, Amelia Effendy, dan Ning Idja Jasman. Selain itu, kru panggung yang bertugas adalah Siti Farah sebagai dokumentasi, Sonia Nurazizah Hikmah sebagai penata rias, Fauzan Nur Faqih sebagai penata musik dan suara, serta Prada Fauzan Ashari sebagai perlengkapan. Turut hadir pula salah satu dosen CPNS Prodi PBSI, Etsa Purbarani, M.Pd. sebagai pendamping dan penanggung jawab.

Malam Akhir Pekan di Museum Nasional dimulai pada pukul 18.30 di Pelataran Museum Nasional dan diawali dengan monolog yang dipentaskan oleh Setyo Wibowo sebagai Jacob Cornelis Matthieu Radermacher, pendiri Koninklijk Bataviaasch van Kunsten en Wettenschappen atau Ikatan Kesenian dan Ilmu Kerajaan di Batavia yang merupakan cikal bakal Museum Nasional Indonesia. Selanjutnya, pengunjung melakukan tur ke Area Kertaradjasa dan disambut oleh pementasan teatrikal tentang latar belakang ketertarikan Jaap Kunst dan rekan kerjanya, Kitty Roelants de Vogel, terhadap musik Nusantara. Pada titik teatrikal tersebut, Jaap Kunst diperankan oleh Abdul Khoir Rifai sedangkan Kitty Roelants diperanka oleh Nanda Febrina Mureta Baren.

Setelah disambut oleh monolog dan teatrikal singkat di Area Kertaradjasa, pengunjung bergerak ke area Galeri Nusantara. Pada titik tersebut, pengunjung disuguhi pementasan teatrikal yang mengisahkan penjelahan Jaap Kunst di Nusantara untuk mempelajari, merekam, dan mengumpulkan alat-alat musik asli Nusantara. Di titik ketiga ini, Jaap Kunst diperankan oleh Mohamad Irvan Nasrullah. Pemain musik Nusantara diperankan oleh Amelia Effendy, Siti Khotidjah, Gilang Widitya, dan Sri Kushartanti Utari. Selanjutnya, pengunjung melanjutkan tur untuk mengamati koleksi alat-alat musik Nusantara sumbangan Jaap Kunst. Acara ditutup dengan pementasan teater terakhir yang mengangkat kisah persahabatan Jaap Kunst dengan R.M. Djajadipura, abdi dalem sekaligus seniman Kraton Yogyakarta, serta K.R.T. Mangkunegara VII, raja pada Pemerintahan Mangkunegaran di Surakarta. Selain itu, lakon tersebut juga mengangkat kisah percintaan antara Jaap Kunst dan istrinya, Katy Kunst van Wely. Keempat tokoh tersebut diperankan dengan apik dan memikat oleh Muhammad Reza Pratama, Muhammad Raafi, Juriski O’oli Waruwu, dan Ning Idja Jasman. (et)