Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan kembali Bulan Bahasa dan Sastra yang telah digelar sejak 1989.

Perhelatan ini terdiri atas berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan, baik di pusat maupun di daerah, dengan melibatkan banyak pihak dalam dunia pendidikan, individu dan komunitas pemerhati bahasa dan sastra, lembaga, serta masyarakat umum.

Bulan Bahasa dan Sastra 2019 mengangkat tema “Maju Bahasa dan Sastra, Maju Indonesia”. Tema itu diambil sebagai simbol optimisme bangsa yang akan maju dengan salah satu unsur pendukungnya adalah bahasa dan sastra.

Pada perhelatan puncak tersebut, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan sejumlah penghargaan. Salah satunya adalah penghargaan Acarya Sastra untuk para pendidik yang giat menghasilkan literasi di tengah masyarakat.

Proses seleksi untuk peneriman penghargaan ini dimulai di tingkat provinsi.. Semua peserta yang mengikuti seleksi di tingkat provinsi ini diminta mengumpulkan portofolio terkait dengan kegiatan literasi. Semua buku yang pernah ditulis dikumpulkan. Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan terkait literasi, mulai dari mengisi acara kepenulisan hingga komunitas bahasa dicantumkan dalam portofolio.

Para pemenang tingkat provinsi selanjutnya berhak untuk mewakili seleksi di tingkat nasional. Para pemenang tingkat nasional kategori Acarya (pendidik) Sastra 2019 antara lain, Bambang Kariyawan, guru Sosiologi di SMA Cendana, Pekanbaru. Galeh Pramudita Arianto, alumnus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ dan guru Bahasa Indonesia di Sekolah Makarios, DKI Jakarta. Qanita Tajuddin, guru di SDIT Sahabat Alam, Palangka Raya.

Berikut ini sejumlah penghargaan lainnya yang diberikan dalam puncak peringatan Bulan Bahasa dan Sastra 2019:

Kategori “Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa Cetak Berdedikasi”:

1. Kompas (DKI Jakarta)

2. Koran Tempo (DKI Jakarta)

3. Media Indonesia (DKI Jakarta)

Kategori “Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa Cetak”:

1. Republika (DKI Jakarta)

2. Tribun Jabar (Jawa Barat)

3. Bisnis Indonesia (DKI Jakarta)

4. Koran Jakarta (DKI Jakarta)

5. Pikiran Rakyat (Jawa Barat)

6. Solopos (Jawa Tengah)

7. Koran Sindo (DKI Jakarta)

8. Suara Merdeka (Jawa Tengah)

9. Suara Pembaruan (DKI Jakarta)

10. Radar Sampit (Jawa Tengah)

Kategori “Penghargaan Sastra Badan Bahasa”:

1. Ashadi Siregar (Novel)

2. Dadang Ari Murtono (Puisi)

3. Iksaka Banu (Cerpen)

Kategori “Penghargaan Pengabdian pada Dunia Sastra”:

1. Umbu Landu Paranggi 2. Sori Siregar Kategori

“Anugerah Tokoh Kebahasaan dan Kesastraan”:

1. Karen Bailey (Pegiat Diplomasi Kebahasaan) – Perth, Australia

2. Opik (Pegiat Literasi) – Garut, Jawa Barat

Kategori “Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3T”:

1. Hary B Kori’un (Kepulauan Riau)

2. Aksan Taqwin (Tangerang)

3. Suparlan (Tjak S Parlan) (Lombok, NTB)

4. Agit Yogi Subandi (Lampung)

5. Faisal Syahreza (Bandung)

6. Eko Triono (Yogyakarta)

7. Setia Naka Andrian (Kendal, Jawa Tengah)

8. Mutia Sukma (Yogyakarta)

Selain itu, ada pula kegiatan lain, yaitu Lomba Kuis Pelita Bahasa Tingkat SMA dan Sederajat se-Jabodetabek, Debat Bahasa Antarmahasiswa se-Jabodetabek, Lomba Mendongeng bagi Penyandang Disabilitas Netra, Festival Film Pendek Berbahasa Daerah Kategori SMA, Festival Film Pendek Berbahasa Daerah Kategori Mahasiswa/Umum, dan Taruna Sastra. (GPA)