Dalam rangka mendukung Gerakan Literasi Nasional, Badan Bahasa sebagai koordinator melakukan Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi Baca Tulis. Kegiatan ini dimulai sejak bulan Januari dengan 1135 naskah yang mendaftar. Naskah-naskah tersebut kemudian mengalami proses seleksi hingga menghasilkan 140 naskah dengan berbagai tema. Tema yang diusung berupa lanskap dan perubahan sosial masyarakat perdesaan dan perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh Indonesia, kuliner Indonesia, arsitektur tradisional Indonesia, dan cerita tentang anak Indonesia. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa membuka sekaligus memaparkan bahwa kegiatan sayembara ini sebagai upaya memecahkan persoalan minimnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan pengayaan.

Kegiatan sayembara ini melalui proses panjang berupa penjurian dan penilaian naskah oleh tim pakar, pertemuan penulis tahap I sebagai sarana penyempurnaan naskah sebelum dinilai Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), penyuntingan naskah untuk penyempurnaan kebahasaan, pencetakan terbatas untuk penilaian Puskurbuk, pertemuan penulis tahap II sebagai sarana perbaikan naskah yang telah dinilai Puskurbuk, penyelarasan akhir sebelum naskah menjadi buku, dan tahap akhir berupa konsinyasi untuk mengujikan keterbacaan naskah.

Pada Senin hingga Rabu,  17 – 19 Oktober 2018, di Hotel Ibis Style Sunter berlangsung kegiatan pertemuan penulis tahap II. Dalam kegiatan ini diikuti dua alumni Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2010 FBS UNJ, yaitu Imam Arifudin dan Dini Nurhasanah. Mereka sama-sama mengusung tema anak Indonesia namun berbeda wilayah. Imam mengangkat tema anak-anak Indonesia bagian Timur dengan dua judul berbeda. Buku pertama berjudul Deli dan Teteruga Kampung Bahari. Buku kedua berjudul Luki Penjaga Mangi-Mangi. Pesan yang ingin disampaikan yaitu pentingnya menjaga lingkungan. Sementara itu, Dini mengangkat tema anak-anak tenaga kerja Indonesia di Sarawak, Malaysia berjudul Aku Tetap Anak Indonesia. Pesan yang ingin disampaikan yaitu pentingnya pendidikan serta rasa cinta tanah air.

Kegiatan ini ditutup oleh Menteri Pendididkan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. Beliau menyampaikan bahwa setiap penulis hendaknya mempunyai pola tersendiri sehingga menghasilkan perilaku yang terpola semisal gaya penulisan. Beliau juga menyampaikan bahwa dalam mendukung Gerakan Literasi Nasional, kita dapat memulai dari lingkungan keluarga. Orang tua mewarisi budaya membaca dan menulis sehingga anak menyukai buku. (DN)