Rabu hingga Jumat, 5-7 April 2017 merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh para pemakalah dan peserta Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (Kolita) yang pada tahun ini adalah Kolita 15 yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Hampir 200 makalah dibentangkan oleh para pemakalah pendamping, di luar para pembicara utama. Terdapat pembicara utama pada hari pertama yaitu Bapak P Ari Subagyo yang menyajikan makalah berjudul Ketika Tuturan Dijadikan Kalimat: Kajian Pragmatis Kritis Kasus Ahok. Dilanjutkan Bapak Deny A Kwary memaparkan makalahnya tentang a language community dictionary. Kemudian diikuti oleh sesi paralel oleh para pemakalah pendamping hingga petang. Keesokan paginya Jonathan Zilbreg mengungkapkan permasalahan dalam mentransliterasi dan menerjemahkan dalam epigrafi bahasa Indonesia.

Dua abstrak yang diterima dalam Kolita 15 di antaranya berasal dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dua pemakalah pendamping yang abstraknya lolos ini ialah Ibu Sintowati Rini Utami dan Ibu N. Lia Marliana. Keduanya dijadwalkan presentasi pada Jumat, 7 April 2017.

Ibu Sintowati Rini Utami mengawali Jumat pagi dengan mempresentasikan makalahnya berjudul Pengembangan Bahan Ajar Kebahasaan Berbasis Teks dan Implikasinya pada Perkuliahan PMA Bahasa dan Sastra di Prodi PBSI. Beliau menyajikan makalahnya di Yustinus 14 Ruang 3. Ssmentara itu, Ibu N. Lia Marliana terjadwal menyajikan makalahnya yang berjudul Eksistensi Dialek Areal Masyarakat Kampung Budaya Betawi Setu Babakan dan Kampung Budaya Betawi Condet, pada pukul 13-14.20 di ruang yang sama dengan Ibu Sintowati. Namun sayangnya, Ibu N. Lia Marliana berhalangan hadir untuk mempresentasikan makalahnya karena sakit.(nlm)