Sabtu, 17 Desember 2016 sebanyak 28 mahasiwa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ melaksanakan kegiatan Writing Supertrip (WST) di daerah Ciomas, Bogor. Kegiatan WST ini merupakan prasyarat kelulusan mata kuliah Keterampilan Menulis Kritis Ilmiah yang diampu oleh Bapak Sam M. Chaniago dan Ibu N. Lia Marliana. Wisata budaya yang dilakukan untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi jurnal ilmiah karya mahasiswa. Jurnal yang akan dibuat akan membahas 2 materi, yaitu jurnal Kebahasaan dan jurnal yang kedua akan membahas Sastra dan Budaya.

Diawali para mahasiswa dengan berkumpul di Stasiun Bogor untuk selanjutkan bersama-sama mengunjungi tempat pembuatan Wayang Golek khas Sunda. Setelah sampai di tempat pembuatan wayang, para mahasiswa disuguhkan pisang goreng dan kopi untuk sekadar bersantai terlebih dahulu. Lalu, mereka pun bertemu dengan Kang Enday, adalah narssumber generasi kedua yang mengerti tentang Wayang Golek Sunda. Narasumber menjelaskan segala hal terkait wayang golek.

Sekitar pukul 09.30 para mahasiswa langsung diajarkan melukis Wayang Golek yang telah disiapkan. Para mahasiswa praktik satu persatu. Bersama dengan Abah Entang, ayah dari Kang Enday, para mahasiswa diajarkan melukis wayang sembari dihibur alunan lagu Sunda yang dinyanyikan langsung oleh beliau.

Ternyata, melukis bagian kepala wayang sangatlah sulit dan detail. Para mahasiswa dibantu oleh Kang Endih, yang ahli dalam bidang ini. Sedikit demi sedikit polesan di kepala wayang pun mulai terlihat, walaupun tak serapi milik Kang Endih dan Kang Enday yang ikut melukis.

Kegiatan melukis wayang selesai setelah zuhur. Saat melakukan ishoma, banyak mahasiswa yang mencoba makanan khas yang ada di sekitar. Seperti rujakan yang memiliki bumbu berbeda dari biasanya. Bumbu pada rujak di daerah ini menggunakan sambal hijau.

Setelah ishoma selesai, para mahasiswa melanjukan kegiatan kedua yaitu belajar memainkan Gamelan Sunda. Pada kegiatan ini mereka dibimbing oleh Kang Enday dan anak perempuannya. Menurutnya, bermain gamelan itu sangat menyenangkan dan dapat memperkaya batin seseorang. Hal ini karena musik yang dihasilkan sangat berbeda dengan musik lainnya. Mereka diajarkan memainkan sebuah lagu Sunda berjudul Kakacangan. Saat memainkan gamelan, Kang Enday juga menjelaskan barbagai hal yang masih bersangkutan dengan gamelan. Alat-alat yang ada pada musik ini pun memiliki nama yang cukup unik. Nada yang digunakan juga berbeda dari musik lainnya. Kang Enday juga memberikan contoh nada yang harus diikuti untuk dimainkan bersama. Lalu, mahasiswa pun saling beriringan membentuk sebuah nada yang harmoni.

Setelah Ashar, kegiatan WST ketiga yaitu berdiskusi masalah Sastra dan Budaya Sunda yang kembali dipimpin oleh Abah Entang. Beliau sudah hapal berbagai macam cerita dalam pewayangan. Sejarah serta filosofi budaya-budaya Sunda pun dinikmati melalui cerita-cerita Abah Entang yang begitu bersahaja.
Setelah semua kegiatan rampung, kegiatan WST diakhiri dengan berfoto bersama. (Trida)