[easingslider id=”8572″]
Pada Selasa, 6 April 2021, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) menyelenggarakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) “Peluang dan Tantangan LPTK Hadapi Tuntutan Abad 21” secara daring. Kegiatan ini diikuti oleh jajaran pimpinan dan para koordinator program studi, koordinator laboratorium, ketua pusat kajian, tim GPJM, dosen muda, serta CPNS dosen di lingkungann FBS. Narasumber yang dihadirkan adalah Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc., Kepala LLDIKTI Wilayah 3, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang juga seorang Guru Besar pada Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Jakarta dan Prof. Dr. Ilza Mayuni, M.A., Guru Besar pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FBS. Kegiatan ini dipandu oleh moderator Dr. Frida Philiyanti, M.Pd., Ketua Tim GPJM FBS.
Mengawali kegiatan dengan sambutan, Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd., Dekan FBS, menyampaikan tujuan penyelenggaraan DKT. Liliana mengungkapkan, “Penting bagi kita memahami bagaimana kita harus terus-menerus berinovasi dalam upaya memenuhi tuntutan abad 21 dengan mempertimbangkan kekuatan posisi FBS sebagai LPTK. Sebagai dosen, kita tidak bisa berdiam diri, banyak hal yang harus dilakukan untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik dengan mengambil langkah-langkah strategis. Para dosen muda diharapkan dapat mengambil peran ini secara lebih aktif karena dosen muda akan menjadi calon-calon pemimpin di masa depan,” ujar Liliana.
Pada sesi pemaparan materi, narasumber pertama, Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc., menjelaskan latar belakang permasalahan yang dialami oleh LPTK dan elemen-elemen utama LPT dalam penyiapan dosen profesional guna menghadapi tantangan abad 21 saat ini. “Sebaran peringkat akreditasi program studi serta jabatan fungsional dosen di FBS perlu mendapat perhatian yang serius karena hal ini erat kaitannya dengan bagaimana kualitas program studi dan kapasitas SDM dosen dapat menjawab tantangan yang ada,” tegas Agus Setyo. Disajikan pula, hal-hal yang perlu dilakukan oleh fakultas dan program studi untuk meningkatkan kualitas pendidikan baik di tingkat UNJ, nasional, hingga internasional.
Prof. Ilza Mayuni, tak kalah menariknya, menjabarkan bahwa untuk menghadapi dan mampu berkembang di Era Revolusi Industri 4.0 ini, ada beberapa hal yang harus menjadi fokus bersama yaitu budaya akademik yang inovatif, kurikulum yang adaptif, sarana yang cukup, dosen yang kompeten, lulusan yang siap bekerja, dan jejaring yang luas. Ilza juga menyebutkan, “Kita masih memiliki banyak PR untuk kedepannya, diantaranya terkait dengan penguatan leadership dan tata kelola serta penguatan kerja sama antar program studi.”
Kegiatan DKT diikuti dengan antusias oleh para peserta. Hal ini terbukti dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan saat sesi tanya jawab. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagian besar merupakan kendala riil yang belum ditemukan solusi jitunya. Christine Hutubessy, Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, menanyakan bagaimana memotivasi para dosen untuk melanjutkan studi S3. Berbagai situasi menjadi hambatan akan hal ini diantaranya, faktor usia dan faktor kesehatan. “Untuk faktor usia, peningkatan kualitas dosen melalui studi lanjut bisa disiasati dengan skema MoU, sedangkan untuk dosen muda dengan status yang belum memungkinkan untuk studi lanjut, bisa melalui pelatihan.” Agus Setyo menjawab. Yuniarsih, Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang juga menyoal feedback uji petik akreditasi mandiri oleh LAMDIK, yang masih dirasa kurang. “Fungsi LAMDIK sebenarnya bisa diambil alih oleh GPJM Fakultas yang menyediakan perangkat-perangkat yang lebih detail. Kuatkan akreditasi dalam negeri, khususnya tentang kualifikasi dosen, jika sudah kuat barulah akreditasi internasional.” saran Agus Setyo.Ilza Mayuni menekankan, “Perbaiki indikator secara bertahap agar bisa naik kelas untuk akreditasi internasional,” Merespon saran dari kedua narasumber, Liliana mengatakan, “FBS akan melaksanakan program Bengkel Penulisan Artikel pada April ini sebagai upaya peningkatan kualitas dosen sekaligus pemenuhan indikator.”
Selain pertanyaan, narasumber memberikan banyak masukan yang bermanfaat agar FBS selalu termotivasi untuk memperbaiki kekurangan. Ibu Dekan sepakat akan hal ini. “Perlu totalitas dan tanggung jawab bersama serta dukungan dana yang memadai agar segala tantangan dapat teratasi,” ujar Liliana.
Kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun diakhiri dengan simpulan yang disampaikan oleh moderator. “Untuk memenuhi tantangan abad 21 perlu berfokus pada core bisnis dan pemimpin yang mampu menggabungkan berbagai kepala untuk mengembangkan program studi dan fakultas,” Frida menyimpulkan. Adapun semua pihak yang terlibat harus memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen tinggi sehingga mampu menghasilkan karya kompetitif yang dapat bersaing di tingkat nasional hingga internasional. (hp/ren)