[easingslider id=”5501″]
Pada 21 Agustus s.d 20 Desember 2017, Wita Septiani Rahmaputri yang merupakan alumnus Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta mendapat kesempatan dari PPSDK (Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk berpartisipasi menyebarkan bahasa negara melalui pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) di Mesir. Program pemberangkatan tenaga pengajar BIPA ke luar negeri ini merupakan salah satu program kerja dari PPSDK dalam rangka menginternasionalkan Bahasa Indonesia.
Nampak BIPA di Negeri Seribu Menara ini dapat dikatakan sangat sukses. Kerja sama yang baik antara KBRI Cairo dan seluruh pihak yang terkait menjadikan Mesir sebagai salah satu negara di Timur Tengah yang memilki perkembangan BIPA sangat maju.
Kegiatan belajar – mengajar BIPA di Mesir sudah ada sejak tahun 1990-an, yaitu di Puskin (Pusat Kebudayaan Indonesia), tepatnya di Cairo. Itupun masih dengan sistem yang masih sangat sederhana. Walaupun begitu, setiap dibuka pendaftaran untuk kelas baru, calon pembelajar selalu membludak. Namun, tempat dan tenaga pengajar yang terbatas membuat penerimaan pembelajar BIPA juga harus dibatasi.
Melihat antusiasme tersebut, pada tahun 2012 KBRI Cairo membuka kelas BIPA di PSI (Pusat Studi Indonesia), Universitas Canal Suez, Ismailia, Mesir. Peminatnya pun cukup banyak pada tahun 2017 yaitu 85 pembelajar BIPA. Lalu pada tahun 2016, KBRI Cairo, Mesir. Baru berjalan satu tahun, sudah terdapat 70 pemelajar BIPA. Tempat dan tenaga pengajar yang terbatas pada kedua lembaga tersebut membuat penerimaan pemelajar BIPA di Puskin selalu lebih banyak di bandingkan lembaga lain, yaitu 187 pemelajar. Hal tersebut karena saat ini kegiatan-mengajar di Puskin dilaksanakan pada sore hingga malam hari di ruang kelas Sekolah Indonesia Cairo (SIC). Jika dijumlahkan, pada tahun 2017 ini terdapat 344 pemelajar BIPA di Mesir.
Pembelajaran BIPA pada ketiga lembaga tersebut tidak hanya sebatas belajar bahasa indonesia saja, tetapi juga terdapat kegiatan-kegiatan yang dikemas oleh WITA dan pengajar BIPA lainnya untuk membuat kelas memasak makanan khas Indonesia kelas membatik, menonton film Indonesia, dan juga kelas tari tradisional Indonesia. Setiap diadakan kegiatan-kegiatan tersebut, aula selalu penuh dengan peserta BIPA yang antusias.
Selain mengajar Bahasa Indonesia, kepiawaian alumnus 2013 ini dalam menarikan tarian Indonesia juga menjadikan diplomasi antarnegara semakin mulus. Beberapa undangan dari pemerintahan Mesir untuk berperan serta dalam Festival Internasional juga telah diikutinya. Partisipasi tersebut dijadikan sebagai strategi memperkenalkan Indonesia melalui seni budaya di lingkup yang lebih luas. Selain tari-tarian tersebut diajari kepada pemelajar BIPA, warga Indonesia yang berada di Mesir pun ikut berlatih(WS)